Sistem Pemerintahan Pada Masa Gusdur ( Abdul
Rahman Wahid )
Disusun
Oleh
Kelompok III :
Wardiman Eyato
Arif Rahman
Ninang Hardianti
Eding Lihawa
Olha Djakatara
Fadila Suratinoyo
PRODI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SULTAN AMAI GORONTALO
2015
KATA PENGANTAR
Assalamu
alaikum wr.wb
Alhamdulillahirabbil aalamiin. Segala puji
bagi Allah yang telah memberikan rasa cinta dan kasih sayang-Nya kedalam
sanubari setiap kehidupan yang tidak akan pernah terkikiskan oleh gejolaknya
zaman. Sehingga dengan rasa cinta dan kasih sayang-Nya lah membawa kita kepada
pemikiran-pemikiran yang selalu diridhoi-Nya yang berupa penyusunan makalah sistem pemerintahan pada masa gusdur ( abdul rahman wahid ) ini.
Sholawat dan salam semuga tetap tercurah
limpahkan kepada nabi kita nabi besar Muhammad SAW, karena dengan berkat
perjuangan beliau kita dapat terangkis dari alam jahiliya menuju alam
kemahiran, sehingga kita dapat menikmati ilmu yang dengan baik seperti apa yang
kita rasakan sekarang ini.
Dengan menyadari kodrat kita sebagai manusia
biasa yang tak pernah luput dari ke khilafan,maka saya yakin dalam makalah ini
masih terdapat berbagai kekurangan. Oleh sebab itu, saya sangat mengharapkan
kritik dan saran dari teman-teman sekalian untuk lebih menyempurnakan makalah
ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sidang Umum MPR tahun 1999 diselenggarakan sejak tanggal 1-21 Oktober 1999.
Dalam Sidang Umum itu Amien Rais dikukuhkan menjadi Ketua MPR dan Akbar Tanjung
menjadi Ketua DPR. Sedangkan pada Sidang Paripurna MPR XII, pidato
pertanggungjawaban Presiden Habibie ditolak oleh MPR melalui mekanisme voting .
memunculkan tiga calon presiden yang diajukan oleh fraksi-fraksi yang ada di
MPR pada tahap pencalonan presiden di antaranya, Abdurrahman Wahid (Gus Dur),
Megawati Soekarnoputri, dan Yuzril Ihza Mahendra. Abdurrahman Wahid terpilih
menjadi Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 21 Oktober 1999 dilak sanakan
pemilihan wakil presiden dengan calonnya Megawati Soekarnoputri dan Hamzah Haz.
Pemilihan wakil presiden ini kemudian dimenangkan oleh Megawati Soekarnoputri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perjalanan
hidup Abdurahman Wahid sebelum menjadi presiden RI?
2. Apa saja kelemahan dan
kelebihan kepemimpinan Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) di Indonesia?
C. Tujuan
1. Mngetahui latar
belakang dan perjalanan hidup Abdurahman Wahid sebelum menjadi presiden RI.
2. Mengetahui kelemahan
dan kelebihan kepemimpinan Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar Belakang dan Perjalanan Hidup Presiden Abdurahman Wahid
Siang, pukul 12.30 Oktober 1999, ketegangan yang memuncak
di hari-hari Sidang Istimewa tiba-tiba meledak menjadi ungkapan keterharuan
sekaligus kebahagiaan yang tidak tergambarkan. Abdurrahman Wahid secara
mengejutkan dan luar biasa terpilih sebagai Presiden RI ke-4 menggantikan B.J
Habibie. Dimata banyak orang, terutama kalangan Nadliyin, kemenangan Gus Dur
merupakan puncak dari perjuangan NU dalam memposisikan kiprahnya bagi bangsa
Indonesia, dan juga kemenangan bagi kalangan Islam modernis sekaligus harapan
bagi demokrasi itu sendiri. Orang yang tidak disukai pemerintah sebelumnya
(Orba), yang mengenakan baju batik ukuran longgar ketika mengerahkan ratusan
ribu orang di Jantung Jakarta dua tahun sebelumnya, seorang tokoh yang banyak
merebut perhatian nasional sebab mampu mengambil posisi sebagai oposisi,
sekarang tanpa disangka menjadi Presiden RI ke-4. Untuk itu kami angkat
perjalanan hidup dan latar belakangnya untuk mengenal lebih jauh lika-liku
hidupnya.
Kehadiran Abdurrahman Wahid dikalangan masyarakat Indonesia saat
ini tidak lain disebabkan oleh kualitas pribadinya yang luar biasa, disamping
faktor lingkungan keluarga yang sangat mendukung. Abdurrahman Wahid, cucu dari
dua serangkai pendiri NU, Kiai Hasjim Asj'ari dan Kiai Bisri Sjansuri,
dilahirkan di Jombang pada tahun 1940. Ayah Abdurrahman Wahid, Kiai Wahid
Hasjim, adalah putra Kiai Hasjim Asj'ari, dan ibunya, Solichah adalah putri
Kiai Bisri Sjansuri. Sejak masa kanak-kanak, ibunya telah diberi berbagai
isyarat bahwa Abdurrahman Wahid, anaknya, akan mengalami hgaris hidup yang
berbeda dan memiliki kesadaran penuh akan tanggung jawab tersebut ternyata
secara dramatis meningkat setelah kematian ayahnya dalam suatu kecelakaan
mobil, dan saat kecelakaan terjadi Abdurrahman Wahid duduk di samping ayahnya
di jok depan.
Ayah Abdurrahman Wahid
meninggal dunia dalam usia 40 tahun, dan saat itu masih menjabat Ketua NU.
Ibunya tetap melanjutkan peran informal yang vital dalam menjalankan NU. Dan
sejak ayahnya meninggal, ada sesuatu yang terasa berubah secara tajam, yaitu
bahwa rumah Abdurrahman Wahid mulai sepi dari orang-orang dan para tamu
penting.
Abdurrahman Wahid
tidak hanya dikenal dikalangan kiai NU dan para politisi, melainkan juga oleh
masyarakat luas Indonesia. Hal tersebut disebabkan bimbingan kedua orang
tuanya, saat ia masih kecil banyak berhubungan dengan tradisi diluar NU. Waktu
kecil ia sering banyak berhubungan dengan tradisi diluar NU. Waktru kecil ia
sering dititipkan pada seorang Belanda teman ayahnya dan saat itulah, menurut
Abdurrahman Wahid ia bersentuhan dan akhirnya mencintai musik-musik klassik
Eropa. Kemudian dari tahun 1953 sampai 1957, saat belajar di Sekolah Menengah
Ekonomi Pertama(SMEP) ia tinggal dirumah Kiai Haji Junaid, seorang Kiai
Muhammadiyah dan anggota Majlis Tarjih Muhammadiyah. Beberapa tahun kemudian ia
mondok di Pesantren Tegalrejo, sebuah pesantren NU terkemuka di Magelang. Dari
tahun 1957 sampai 1963, ia sempat nyantri di Pesantren Krapyak Yogyakarta dan
tinggal dirumah K:H:Ali Maksum.
Pada tahun 1964
Abdurrahman Wahid meninggalkan Tanah Air menuju Kairo, Mesir untuk belajar
ilmu-ilmu agama dilingkungan Al Azhar Islamic University. Barangkali tidak
terlampau mengejutkan jika Abdurrahman Wahid sangat kecewa dengan atmosfir
intelektual di Al-Azhar yang memadamkan potensi pribadi karena tekhnik pendidikannya
yang masih bertumpu pada kekuatan hafalan. Meskipun demikian, ia memanfaatkan
waktu di Kairo ini dengan baik, yaitu dengan cara yang tidak mengikuti
pelajaran yang diberikan. Sebagai gantinya, ia kerap menghabiskan waktu disalah
satu perpustakaan yang lengkap di Kairo, termasuk American University Library.
Biarpun pada satu sisi ia kecewa dengan Al-Azhar sebagai lembaga, namun pada
sisi lain ia tetap menikmati kehidupan kosmopolitan Kairo, bahkan beruntung
karena terbukanya peluang untuk bergabung dengan kelompok-kelompok diskusi dan
kegiatan tukar pikiran yang umumnya diikuti para intelektual Mesir. Yang perlu
dicatat bahwa selama di Kairo, Abdurrahman Wahid ternyata begitu tertarik pada
film-film Perancis dan sepak bola.
Dari Kairo Abdurrahman
Wahid terbang ke Baghdad. Di kota ini ia lewati dengan penuh rasa bahagia
karena mempelajari sastra Arab, tapi juga filsafat dan teori sosial Eropa,
disamping terpenuhinya hobi dia menonton film-film klassik. Bahkan Abdurrahman
Wahid merasa lebih senang dengan sistem yang diterapkan Universitas Baghdad,
yang dalam beberapa segi dapat dikatakan lebih berorientasi Eropa daripada
sistem yang diterapkan Al-Azhar. Dan selama belajar di Timur-Tengah inilah
Abdurrahman Wahid menjadi ketua Persatuan Mahasiswa Indonesia untuk Timur
Tengah masa bakti 1964-1970.
Ditahun 1971, ia
mampir ke Eropa dengan harapan memperoleh penempatan disebuah universitas, tapi
sayang sekali ternyata kualifikasi-kualifikasi mahasiswa dari Timur Tengah
tidak diakui di universitas-universitas Eropa. Inilah yang memotivasi
Abdurrahman Wahid pergi ke McGill University Kanada untuk mempelajari
kajian-kajian keislaman secara mendalam. Namun pada akhirnya ia memutuskan
untuk kembali ke Indonesia setelah terilhami berita-berita yang menarik sekitar
perkembangan dunia pesantren.
Tahun 1971 Abdurrahman
Wahid kembali ke Indonesia, kembali ke dunia pesantren. Dari tahun 1972 hingga
1974, ia menjadi dosen disamping Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Hasjim
Asj'ari Jombang. Kemudian tahun 1974 sampai 1980 menjadi sekretaris Umum
Pesantren Tebuireng, jombang. Selama periode inilah secara teratur ia semakin
terlibat dalam kepengurusan NU dengan menjabat Khatib Awal PB Syuriah NU sejak
tahun 1979.
Sejak kepindahannya ke
Jakarta pada tahun 1978, Abdurrahman Wahid menjadi pengasuh Pesantren Ciganjur
Jakarta Selatan. Ia juga terlibat banyak dalam acara dan kegiatan di Jakarta
termasuk menjadi tenaga pengajar pada program training untuk pendeta Protestan.
Disekitar pertengahan 1970-an secara beraturan ia telah menjalin hubungan
dengan Cak Nur dan Djohan Effendi, maka saat ia pindah ke Jakarta pada tahun
1978 ia semakin intens bergabung dengan teman-teman ini dalam rangkaian
forum-forum akademik dan kelompok-kelompok kajian. Sekalipun Abdurrahman Wahid
tidak pernah mempunyai kesempatan belajar dalam pendidikan ala Barat, namun
sejak usia muda ia telah cukup banyak menelaah bacaan-bacaan yang bersumber
dari literatur Barat.
Bersamaan dengan itu,
Abdurrahman Wahid juga memulai melibatkan dirinya dikalangan intelektual yang
lebih luas di Jakarta. Dari tahun 1982 hingga 1985, ia menjadi Ketua Dewan
Kesenian Jakarta, dan dua kali terpilih sebagai Ketua Dewan Juri Festival Film
Nasional. Penunjukkan dirinya untuk berkiprah di dunia film, bagi tokoh dari
dunia pesantren, seorang 'alim seperti Abdurrahman Wahid, tentu saja sangat
tidak lazim dan mengundang kontroversi.
Tahun 1980-1983
Abdurrahman Wahid dipilih sebagai salah satu seorang yang turut serta
memberikan pertimbangan atas penerima penghargaan Agha Khan Award untuk arsitektur
Islam di Indonesia. Dan sejak tahun 1994 ia menjadi penasehat untuk Proyek
Pembinaan Dialog Internasional untuk kajian-kajian Wawasan dan Hukum Sekular di
The Hague.
Pada bulan Desember
1984, Abdurrahman Wahid terpilih sebagai Ketua Umum PB Syuriah NU. Dengan
terpilihnya ia, berarti berakhirlah pula jabatan dan masa kepengurusan Idham
Chalid sebagai ketua Umum. Seperti halnya tradisi NU, tidak diragukan lagi
bahwa ada unsur-unsur harapan yang mesianik dalam pemilihan Abdurrahman Wahid
ini dan ia ternyata berhasil memenuhi janjinya berhadapan dengan perubahan.
Upaya Abdurrahman Wahid mengembalikan NU sebagai organisasi yang bergerak
diwilayah sosio-keagamaan berhasil mencapai sasarannya dan ia pun secara luas
berhasil mencapai perubahan luar biasa dalam cara pandang NU. Abdurrahman Wahid
memperlihatkan bahwa demi keuntungan organissasi dan masyarakat, Nu harus
beralih dari kegiatan politik-kepartaian, tidak saja berdasarkan pragmatisme,
melainkan juga atas nama pluralisme. Tentu saja tidak setiap orang dalam NU,
bahkan tidak semua orang-orang luar yang mendukungnya mengerti atau dapat
memahami cara berfikir yang dikembangkan Abdurrahman Wahid bahwa sektarianisme
merupakan ancaman serius bagi keharmonisan masyarakat Indonesia yang majemuk.
Lebih jauh Abdurrahman Wahid berhasil membongkar cara berfikir komunitas NU
terhadap pluralisme bahkan sampai pada titik penghormatan perihal
keanekaragaman, khususnya dikalangan anak mudanya. Abdurrahman Wahid juga
berhasil dalam mempengaruhi masyarakat Indonesia secara lebih luas agar
memaklumi hubungan antara pluralisme dan demokrasi, sehingga lahir sebuah
kedewasaan baru bagi umat Islam ataupun masyarakat luas.
B. Kelemahan
dan Kelebihan Kepemimpinan Presiden Gus Dur di Indonesia
1. Di
Bidang Politik
a. Kelebihan :
1) Membentuk Kabinet
Persatuan Nasional
2) Sering melakukan
perjalanan luar negeri dengan tujuan menjalin kerjasama dengan negara lain,
menarik investasi, menerima penghargaan, berobat, sekaligus menghadiri bebagai
forum dunia seperti forum ekonomi dunia atau pertemuan negara G-77.
3) Politik Luar Negeri
Yang Bebas Aktif Dengan kunjungan keluar negeri sebenarnya merupakan
pemborosan, akan tetapi ini dilakukan untuk mengangkat citra Negara Indonesia.
Akibat rezim Pak Soeharto, citra Indonesia dikenal sebagai negara totaliter
dengan tingkat demokratisasi yang rendah. Untukmengatasi hal tersebut Presiden
Gus Dur melakukan kunjungan ke Negara Negara yang tergabung dalam ASEAN,
Afrika, Eropa, hingga Benua Amerika. Karena kunjungan ini politik politik bebas
aktif begitu kentara. Seringnya Presiden Gus Dur berkunjung ke luar negeri ini
ternyata mendapat respon positif dari dunia, bahkan membuka peluang kerjasama
(terutama kerjasama dalam bidang perdagangan).
4) Iklim Politik Yang
Demokratis. Semua tahu bahwa pada masa Gus Dur suasana demokratis mulai tampak
terwujud. Hal ini dapat terlihat dengan tindakan gusdur yaitu:
5) Penghapusan peraturan
yang merugikan kaum minoritas.
6) Pembubaran instansi
negara yang tak lagi efektif (departemen penerangan dan sosial) hengga “niat”
Gusdur ini membuka hubungan diplomati dengan Israel.
7) Kecenderungan
pemikiran Gusdur yang menghargai kebebasan idividu dan keberagaman (dasar dari
demokrasi) serta reformis.
8) Pada masa Abdurrahman
Wahid terjadi perubahan drastis dalam bidang keterbukaan media. Gus Dur
melikuidasi departemen penerangan, sehingga media massa lebih leluasa melakukan
aktivitasnya.
9) Gus Dur terkenal
dengan faham pluralismenya. Pada eranya lah kelompok minoritas Tionghoa
mendapatkan pengakuan lebih besar, seperti dalam pengurusan dokumen
kependudukan dan penetapan Imlek sebagai hari libur nasional.
10) Sayang, sistem dan
pola pemerintahan Gus Dur tidak berjalan dengan baik. Terjadi kegaduhan politik
yang tidak perlu, sehingga stabilitas politik tidak terjaga.
11) Stabilitas politik
yang buruk menyebabkan stabilitas ekonomi berjalan pincang.
b. Kelemahan :
1) Presiden Abdurahman
Wahid sering melontarkan pernyataan-pernyataan kepada media yang kerap
memanaskan suhu politik Tanah Air. Hal tersebut menimbulkan keguncangan situasi
politik dalam negeri. Salah satunya yaitu soal reshuffle cabinet atau desakan
mundur terhadap sejumlah menteri.
2) Rendahnya tingkat
popularitas Gusdur
3) Masyarakat kurang
antusias dengan gaya pemerintahan Gusdur.
4) Dengan beberapa
keputusan yang kontroversial membuat gusdur bukan sosok yang populis. Sebagian
kalangan menganggap Gus Dur adalah tokoh nasionalyang diakui kecemerlangannya.
Sebagai sosok utama di kalangan Nahdiyin (basis massa keagamann organisasi
Nahdatul Ulama), Gus Dur memang disegani kepemimpinannya. Tapi, sebagai seorang
negarawan yang harus arif dalammembuat kebijakan, Gus Dur diragukan
kemampuannya.
5) Tak Punya Basis
Politik yang Kuat di Paremen (MPR/DPR)
6) Gus Dur
bukanlahtokoh dari partai yang memenangkan pemilu. Partai yang
mengusungnya saat itu (PKB), bukan partaidengansuara terbanyak.
7) Proses terpilihnya Gus
Dur punterbilang unik. Hasil dari lobby-lobby plitik yang
akhirnya membuat Gus Dur dipilih sebagai presiden. Akibatnya, dalam
kabinet pemerintahan yang dibentuk oleh Gus Dur, ia “terpaksa” merengkuh
semua partai tanpamelihat kesamaan platform (visi/misi) dengan
dirinya.
8) Dengan gaya Gus Dur
yang ceplas-ceplos, membuat banyak pihak yang awalnya
menunjukkan dukungan, sedikit demi sedikit menarik dukungannya. Simpati berubah
menjadi antipati. Puncaknya, Gus Dur pun dilengserkan oleh MPR dan “dipaksa”
keluar dari Istana Negara hanya dengan celana pendek dan kaos singlet.
2. Di
Bidang Ekonomi
a. Kelebihan :
1) Memberi kebebasan
seluas-luasnya kepada setiap suku terutama Tionghoa yang notabenenya banyak berkecimpung
di bidang ekonomi dengan seluas-luasnya.
2) Berani bersikap dan
tegas juga pada sector-sektor ekonomi
b. Kelemahan :
1) Keterbatasan fisik
sehingga performa beliau dalam memimpin negeri ini kurang maksimal yang
berimbas pada bidang ekonomi.
2) Seringnya melakukan
perjalanan luar negeri sehingga dianggap menghamburkan APBN.
3. Di
Bidang Sosial
a. Kelebihan :
Dapat menciptakan
kehidupan rukun antar umat beragama dan antar suku di Indonesia.
b. Kelemahan :
Ada banyak
pengangguran di Indonesia sekitar 13,7 juta penganggur.
4. Di
Bidang Budaya
a. Kelebihan :
Untuk mengatasi
masalah disintegrasi dan konflik antar umat beragama, Gus Dur memberikan
kebebasan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama.
Hak tersebut dibuktikan dengan adanya beberapa
keputusan presiden yang dikeluarkan, yaitu:
1) Keputusan Presiden
No.6 tahun 2000 mengenai Pemulihan Hak Sipil Penganut Agama Konghucu. Etnis
Cina yang selama Orde Baru dibatasi, maka dengan adanya Keppres No.6 dapat
memiliki kebebasan dalam menganut agama maupun menggelar budayanya secara
terbuka misalnya pertunjukan barongsai.
2) Menetapkan Tahun Baru
Cina (IMLEK) sebagai hari besar agama, sehingga menjadi hari libur nasional.
b. Kelemahan :
Kerusuhan antar etnis terus berlanjut.
Kerusuhan terutama berbahaya adalah pembunuhan antara umat Islam dan Kristen di
Maluku yang menewaskan lebih dari seribu orang sepanjang tahun 1999.
5. Di
Bidang Pertahanan dan Keamanan
a. Kelebihan :
1) Pada Maret 2000,
pemerintahan Gus Dur mulai melakukan negosiasi dengan Gerakan Aceh Merdeka
(GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani nota kesepahaman dengan
GAM hingga awal tahun 2001, saat kedua penandatangan akan melanggar
persetujuan. Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang melarang
Marxisme-Leninisme dicabut.
2) Gus Dur memberikan
Aceh referendum. Namun referendum ini menentukan otonomi dan bukan kemerdekaan
seperti referendum Timor Timur. Gus Dur juga ingin mengadopsi pendekatan yang
lebih lembut terhadap Aceh dengan mengurangi jumlah personel militer di Negeri
Serambi Mekkah tersebut. Pada 30 Desember 1999, Gus Dur mengunjungi Jayapura di
provinsi Irian Jaya. Selama kunjungannya, Abdurrahman Wahid berhasil meyakinkan
pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua.
b. Kelemahan :
Akibat restrukturisasi
lembaga pemerintahan menyebabkan kondisi politik yang tidak stabil atau sering
terjadi pertentangan antar partai bahkan pertentangan intern partai.
6. Di
Bidang Ideologi
Ideologi yang ada pada masa pemerintahan Gus
Dur menggunakan Ideologi Pancasila.
C. Keberhasilan dan Kegagalan
Meskipun memimpin
kurang lebih 2 tahun tepatnya 20 Oktober 1999 hingga 23 Juli 2001, Gus Dur
telah menuai keberhasilan pada masany namun juga mengalami kegagalan dalam
pemerintahannya di Indonesia.
1.
Keberhasilan
a) Politik Luar Negeri
yang Bebas Aktif
Mampu memperbaiki citra Indonesia di mata
negara-negara lain dengan melalui kunjungan ke luar negeri dan sekaligus
membuka peluang kerjasama.
b) Iklim Politik yang
Demokratis
Telah membawa Indonesia ke dalam taraf
demokratisasi yang lebih baik lagi melalui perdamaianny dengan Israel.
2.
Kegagalan
a.
Rendahnya Tingkat Popularitas Gus Dur
Dengan beberapa keputusannya yang kontroversial (menuai banyak
kritik), membuat Gus Dur buka sosok yang populis. Bahkan ketika masa 100 hari
pemerintahannya pun, tingkat popularitas Gus Dur sudah melorot jauh dari
tingkat sebelumnya.
Sebagian kalangan menganggap Gus Dur adalah tokoh nasional yang
diakui kecermelangannya. Sebagai sosok utama di kalangan Nahdiyin (basis masa
keagamaan organisasi Nahdatul Ulama), Gus Dur memang disegani kepemimpinannya.
Tapi, sebagai seorang negarawan yang harus arif dalam membuat kebijakan, Gus
Dur siragukan kemampuannya.
b.
Tidak Memiliki Basis Politik yang Kuat di Parlemen (MPR/DPR)
Gus Dur bukanlah tokoh dari partai yang memenagkan pemilu.
Partai yan mengusungnya pada saat itu ( PKB), bukan partai dengan suara
terbanyak.
Proses terpilihnya Gus Dur adalah hasil dari lobby-lobby politik
yang akhirnya membuat Gus Dur terpilih sebagai presiden. Akibatnya, dalam
kabinet pemerintahan yang di bentuk oleh Gus Dur, ia “terpaksa” merengkuh semua
partai tanpa melihat kesamaan platform (visi/misi) dengan dirinya.
Dengan gaya Gus Dur yang ceplas-ceplos, membuat banyak pihak
yang awalnya menunjukan dukungan. Simpati berubah menjadi antipati. Puncaknya,
Gus Dur dilengserkan oleh MPR dan “dipaksa” keluar dari istana Negara hanya
dengan celana pendek dan kaos singlet.
BAB III
KESIMPULAN
A.
KESIMPULAN
Dari pembahasan pada bab II dapat disimpulkan bahwa Abdurahman
Wahid (Gus Dur) adalah putra pertama dari enam bersaudara yang dilahirkan di
Denanyar Jombang Jawa Timur pada tanggal 4 Agustus 1940. Secara genetik Gus Dur
adalah keturunan “darah biru”. Ayahnya, K.H. Wahid Hasyim adalah putra K.H.
Hasyim Asy’ari, pendiri jam’iytah Nahdlatul Ulama (NU) organisasi masa Islam
terbesar di Indonesia dan pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang. Ibundanya, Ny.
Hj. Sholehah adalah putri pendiri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, K.H.
Bisri Syamsuri. Kakek dari pihak ibunya ini juga merupakan tokoh NU, yang
menjadi Rais ‘Aam PBNU setelah K.H. Abdul Wahab Hasbullah. Dengan demikian Gus
Dur merupakan cucu dari dua ulama NU sekaligus, dan dua tokoh bangsa Indonesia.
Pada masa pemerintahannya tentu saja banyak
kelebihan maupun kekurangan dari kepemimpinan Abdurahman Wahid (Gus Dur) ini
selama menjabat sebagai presiden RI.
B.
SARAN
Ideologi Pancasila hendaknya tetap dipertahankan di Negara
Indonesia ini demi persatuan dan kesatuan Negara Indonesia ini. Semua kelebihan
yang ada dalam masa pemerintahan Gus Dur hendaknya dapat tetap dijalankan dan
dipertahankan di Indonesia. Agar Negara Indonesia menjadi negara yang maju dan
juga dapat bersaing dengan Negara lain.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar