DAMPAK
KENAIKAN HARGA CABAI/RICA YANG ADA DI
PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA
Disusun
O
L
E
H
WARDIMAN EYATO
NIM: 132022090
Tugas Untuk Memenuhi Mata Kuliah
Ekonomi Mikro
PRODI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SULTAN AMAI GORONTALO
2015
ABSRAK
Bagi
masyarakat Bolaang Mongondow Utara, Kec, Bintauna, cabai merupakan salah satu
bahan yang tidak bisa dipisahkan dengan masakan sehari-hari. Cabai adalah
bahan pelengkap masakan yang sangat digemari masyarakat Bintauna, namun konsumsi cabai masyarakat Bintauna bisa dikatakan tidak terlalu
tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari konsumsi cabai per kapita per
orang tiap tahunnya. selama beberapa pekan terakhir konsumsi cabai per kapita
per orang di Bolaang Mongondow semakin turun, hal ini karena Mulai akhir 2010-2015, komoditas
cabai mengalami kenaikan harga yang luar biasa. kenaikan harga cabai mencapai Rp 800.000,00 hingga Rp 100.000,00 per kg dari harga
awal yaitu sekitar Rp 30.000,00 per kilo.
Penurunan harga cabai yang mulai
terlihat beberapa waktu terakhir ini juga memperlihatkan pola yang tidak biasa.
Berdasarkan pola historis, inflasi cabai biasanya diikuti oleh deflasi pada
bulan selanjutnya dengan magnitude yang kurang lebih sama sehingga harga
cabai cenderung kembali turun di sekitar level harga ketika sebelum terjadi
kenaikan. Namun, harga cabai
lambat untuk turun kembali. Meningkatnya harga cabai yang cukup signifikan terkait dengan menurunnya pasokan yang dipengaruhi oleh adanya gangguan
produksi yang cukup parah. Curah hujan yang lebih tinggi (kemarau basah) yang tidak sering
terjadi hampir disepanjang tahun tidak mendukung produksi tanaman cabai dan
tanaman hortikultura lainnya pada umumnya.
Dan hal ini Diperparah dengan nilai tukar rupiah yang
semakin merosot. Apabila Inflasi yang terjadi saat ini tidak segera dilakukan
tindakan penyelesaiannya, maka dikhawatirkan akan terus menjadi tekanan
terjadinya inflasi yang semakin besar dimasa mendatang. Karena itu harus segera
dilakukan tindakan penyelamatan terhadap system perekonomian Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada,
maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah
budidaya cabai dan pemasarannya?
2. Berapa rata-rata harga cabai setiap tahunnya?
3. Apa yang menyebabkan melonjaknya
harga cabai di indonesia?
4. Apa dampak yang
ditimbulkan dari kenaikan harga cabai bagi masyarakat?
5. Apa solusi terbaik untuk mengatasi kenaikan
harga cabai?
LANDASAN TEORI
1.
Pengertian
Pemasaran Menurut WY. Stanton
Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang
berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan
mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan
kebutuhan pembeli aktual maupun potensial.
2.
Pengertian
Pemasaran Menurut H. Nystrom
Pemasaran merupakan suatu kegiatan penyaluran barang atau
jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen.
3.
Pengertian
Pemasaran Menurut Philip dan Duncan
Pemasaran yaitu sesuatu yang meliputi semua langkah yang
dipakai atau dibutuhkan untuk menempatkan barang yang bersifat tangible ke
tangan konsumen.
4.
Pengertian
Pemasaran Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika Serikat / American Merketing
Association.
Pemasaran adalah pelaksanaan kegiatan usaha pedagangan yang
diarahkan pada aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen.
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH
Sejarah
perkembangan pemasaran dicerminkan oleh sejarah perkembangan perekonomian pada
umumnya, karena pemasaran merupakan bagian dari perekonomian dan ini berarti
perkembangan pemasaran sekaligus juga menggambarkan perkembangan kondisi
perekonomian.
Menurut
Philip Koetler ada delapan tahap perkembangan perekonomian yang juga
menggambarkan perkembangan pemasasaran. Adapun kedelapan tahap yang
dimaksud adalah:
·
Tahap
Ekonomi Swadaya atau Sendiri
Pada
tahap ini individu dan atau masyarakat bila akan memenuhi setiap
kebutuhan hidupnya melakukan usaha secara mandiri seperti memancing, berburu
bercocok tanam dan sebagainya. Pada tahap ini belum terjadi proses pertukanan,
ini berarti belum terjadi pemasaran.
·
Tahap
Ekonomi Famili
Pada tahap kedua ini individu dan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya dilakukan secara bersama-sama dengan keluarganya, sehingga
antar mereka saling bantu-membantu. Pada tahap ini juga belum terjadi
proses pertukaran atau belum terjadi pemasaran.
·
Tahap
Barter Sederhana
Pada
tahap ini menggambarka kondisi masyarakat yang terdiri dari berbagai
suku/kelompok yang lokasinya dapat berbeda dan merekan sekali sekali terjadi
/melakukan pertemuanm baik disengaja maupun tanpa direncanakan, mereka umumnya
membawa barang-barang yang berasal dari daerah masing-masing dan mereka saling
tertarik untuk melakukan pertukaran, maka terjadilah barter (pertukaran) yang sifatnya
masih sangat sederhana. Pada kondisi inilah mulai lahir apa yang dimaksud
dengan pemasaran.
·
Tahap
Pasar Lokal
Kondisi
di tahap sebelumnya (barter sederhana) mengalami perkembangan yang pesat berupa
ditetapkanya(disepakatinya) tempat tersebut untuk dijadikan tempat pertemuan
yang rutin(terus menerus) namun pada masing daerah tertentu. Umumnya pertemuan
tersebut disepakati dua atau satu kali dalam satu minggu tergantung pada
kesepakatan mereka. Namun pada pasar lokal inipun masing melakukan pertukaran
barang dengan barang (barter).
·
Tahap
Ekonomi Uang
Tahap ini merupakan tahap yang berusaha untuk mengurangi kelemahan
yang ada pada tahap sebelumnya yang melakukan transaksi secara barter seperti
mamakan waktu yang lama dan tidak semua orang kemauannya sama untuk mau saling
tukar menukar barangnya. Oleh karenanya dicarikan suatu benda/alat yang
dapat digunakan untuk dapat mempermudah proses pertukaran yaoitu berupa mata
uang, seperti benda-benda yang dianggap memiliki mu’jizat, kemudian berkembang
berupa batu-batuan, perunggu, perak dan emas. Pada kondisi ini aktivitas
pemasaran semakin berkembang.
·
Tahap
Kapitaslisme Muda
Pada
tahap ini kondisi masayarakat ditandai oleh adanya pengelompokan
masyarakat menjadi golongan yang kuat seperti tuan tanah, kaum ningrat,
kaum borjuis, yang umumnya menguasai perekonomian dan selalu berusaha menumpuk
kekayaan(kapital). Kelompok lain adalah kaum buruh/masyarakat
kecil, kaun proletar yang umumnya mengambdi pada kaum ningrat dan sebagai objek
oleh kaum penguasa dalam memupuk kakayaan. Pada kondisi ini
pemasaran pemasaran banyak dikuasai oleh pihak tertentu(penguasa/kapitalis).
·
Tahap
Poduksi Massa
Pada
tahap ini ditandai oleh ditemukannya dan digunakannya alat-alat yang dapat
menggunakan teknologi (mekanis) sehingga hasil produksi dapat dihasilkan secara
massa dan tahap ini dilandasi ol;eh kondisi permintaan yang masing lebih banyak
dari pada penawaran. Akibatnyam kegiatan pemasaran semakin bertambah maju
dan berkembang.
·
Tahap
Ekonomi Makmur
Tahap
ini ditandai oleh kondisi perekonomian yang semakin kompleks, seghala macam
barang/jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat semakin banyak dan beraneka
ragam. Selain itu juga kondisi penawaran relatif lebih besar dari pada
permintaan. Hal ini menyebabkan kegiatan pemasaran semakin bertambah
kompleks.
B.
PERSOALAN
Perawatan tanaman cabai lebih rumit dibanding perawatan tanaman
hortikultura lainnya, sehingga biaya perawatan tanaman cabai menjadi lebih
mahal. Selain dibutuhkan pupuk yang cukup dan penyemprotan hama/penyakit yang
lebih sering (terutama apabila banyak hujan), tanaman cabai juga memerlukan
sinar matahari yang memadai. Musim hujan yang berkepanjangan pada tahun 2010
membuat produksi cabai turun drastis. Contohnya di Brebes, produksi cabai merah
tahun 2010 turun 55,94 persen dari tahun sebelumnya bahkan produksi cabai rawit
turun lebih tajam sebesar 65,46 persen.
Rantai pemasaran cabai di beberapa daerah hampir sama. Petani menjual cabai
ke pedagang pengumpul di sekitar tempat tinggal petani. Pedagang pengumpul
menjualnya langsung ke pedagang eceran atau lewat pedagang besar. Cabai yang
diperoleh pedagang besar selanjutnya dijual langsung ke pedagang eceran atau
melalui distributor/ pedagang grosir. Dari tangan pedagang eceran, cabai sampai
ke tangan konsumen.
1. Rata-Rata Harga Cabai Di
Bolaang Mongondow Utara
Rata‐rata Harga Cabai Pada Berbagai Tingkatan Selama Tahun
2010-2015 (Rp)
Rantai Pemasaran
|
Harga Terendah
|
Harga Tertinggi
|
||||||
beli
|
Jual
|
beli
|
jual
|
|||||
Cabe merah kriting
|
Cabe rawit Merah
|
Cabe merah Kriting
|
Cabe rawit merah
|
Cabe merah kriting
|
Cabe rawit Merah
|
Cabe merah Kriting
|
Cabe rawit merah
|
|
Petani
|
3500
|
6500
|
33700
|
40000
|
||||
Pedagang pengumpul
|
3500
|
6500
|
4000
|
7600
|
33700
|
40000
|
37000
|
43000
|
Pedagang besar
|
4000
|
7600
|
4700
|
9000
|
37000
|
43000
|
42000
|
47000
|
Pedagang eceran
|
4700
|
9000
|
5600
|
10600
|
42000
|
47000
|
43800
|
52000
|
Rumah tangga
|
6500
|
12000
|
49000
|
58000
|
Sumber: Badan Pusat Statistik Republik
Indonesia
dapat di lihat bahwa harga cabai
mengalami fluktuasi atau kenaikan yang cukup signifikan dari rata-rata harga
terendah dan rata-rata harga tertinggi. Harga rata-rata terendah cabe merah
keriting yang sampai ke tangan konsumen hanya Rp 6.500,00 sedangkan rata-rata
harga tertingginya mencapai Rp 49.000,00. Untuk harga rata-rata terendah cabe
rawit merah sebesar Rp 12.000,00 sedangkan rata-rata harga tertingginya yaitu
Rp 58.000,00. Kenaikan harga cabai tersebut mencapai 5 kali lipat dari harga
terrendahnya. Data
tersebut merupakan data kenaikan rata-rata harga cabai di Indonesia, sedangkan
dibeberapa daerah
Bolaang Mongondow Utara, kenaikan
harga cabai dapat mencapai
Rp 100.000,00 hingga Rp
150.000,00 per kg.
"Sebelum Tahun Baru harga cabai mencapai Rp 80.000,00 per kg lalu turun Rp 60.000,00. Setelah itu naik lagi Rp 70.000,00 sampai sekarang naik terus,"
tutur Aman, pedagang cabai di Pasar Bintauna (08 Oktober 2015). Bahkan di pasar tradisional,
harga cabai berkisar Rp 80.000,00 hingga Rp 100.000,00 per kg, yang menurut beberapa pedagang bandrol Rp 100.000,00 per kg merupakan harga terendah
sebab sebelumnya harga berkisar Rp 120.000,00 per kg. Jika diecer, yang biasanya dengan Rp 2.000,00 pembeli bisa mendapatkan cabai,
maka sekarang uang yang harus dikeluarkan adalah minimal Rp 5.000,00," keluh pedagang. Semua
kenaikan ini dikarenakan permintaan cabai yang meningkat dan musim hujan yang
berlangsung.
2. Faktor Penyebab Kenaikan Harga Cabai di Bolaang
Mongondow Utara
Faktor‐faktor yang memengaruhi melonjaknya harga cabai di
beberapa wilayah di Bolaang Mongondow Utara adalah sebagai berikut :
1. Anomali iklim: Hasil panen cabai sangat terpengaruh oleh iklim/cuaca karena tanaman
cabai membutuhkan sinar matahari yang memadai. Cuaca yang ekstrem pada tahun
2014 (musim hujan yang berkepanjangan) membuat produksi cabai di beberapa
wilayah Bolaang
Mongondow Utara mengalami penurunan drastis
sehingga memicu kenaikan harga.
2. Hama/penyakit: Selain cuaca ekstrem, gagalnya panen cabai juga disebabkan oleh serangan
hama dan penyakit (hama patek, virus kuning, virus mozaik, jamur, dan ulat
buah).
Dari berbagai faktor tersebut, Faktor utama yang mengakibatkan harga cabai melonjak yaitu akibat
cuaca yang sangat extrim dan tidak dapat di prediksi, akibatnya sangat
berpengaruh kepada perkembangan pertanian, dan akibat itu para petani
mengakibatkan gagal panen terus menerus dan para petani pun mengalami kerugian
yang sangat besar. Sedangkan para petani membutuhkan pemasukan atau modal untuk
menjaga tanaman mereka.
Jadi menurut beberapa sumber yang ada, dapat di simpulkan bahwa yg paling
mempengaruhi kenaikan harga cabai adalah perubahan cuaca yang extrim dan unpredictable. Akan tetapi, selain faktor-faktor
yang telah disebutkan, kenaikan harga cabai juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti :
1.
Terjadinya
ekspektasi kenaikan harga kebutuhan pokok
2.
Biaya transportasi ikut mengalami
kenaikan
3.
Bunga bank relatif tinggi untuk pedagang yang meminjam uang
di bank,
4.
Danya pungutan-pungutan yang terjadi di lapangan.
5.
Modal yang dimiliki oleh petani tidak mencukupi untuk sekedar
melindungi tanaman pangan yang telah
ditanam
6.
Kurangnya perhatian pemerintah terhadap petani kecil di
Bolang Mongondow Utara
7.
Banyaknya tanaman cabai yang di serang hama dan akibatnya
banyak petani yang mengalami gagal panen.
8.
Ketidakmampuan
pemerintah mengimbangi harga pasar
9.
Buruknya pengelolaan
stok pangan nasional
10. Spekulasi para
tengkulak
11. Hasil panen buruk
12. Lemahnya regulasi pengaturan
harga oleh pemerintah.
4.
Dampak Kenaikan Harga Cabai
Bagi ekonomi Indonesia, dampak yang terjadi adalah kenaikan harga cabai
ini mendorong timbulnya inflasi. Sebagai gambaran, Kenaikan
inflasi ini pada dasarnya merupakan sesuatu yang cukup besar dan cukup mempengaruhi
kondisi ekonomi di Indonesia. Dengan kenaikan inflansi ini membuat pertumbuhan
ekonomi di Indonesia menjadi terhambat. Terhambatnya pertumbuhan ekonomi
ini juga berakibat pada penurunan daya beli masyarakat yang turut berkontribusi terhadap menurunnya tingkat
permintaan produk industri. Selain itu,
dampak lainnya adalah mendorong penurunan tingkat penyerapan tenaga kerja yang
berarti semakin meningkatnya pengangguran.
C.
TEMAPAT
PENELITIAN
Saya meneliti harga
Barang pasar, atau cabe yang tempat di kecamatan bintauna. Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara,
D.
WAWANCARA
Berdasarkan hasil wawancara dengan
masyarakat bintauna
1. Nama
: mimi stion
umur : 30 tahun
pekerjaan : ibu rumahtangga
Respon : dengan naiknya harga rica
dipasar saya
sebagai ibu rumah tangga tidak bisa memasak makanan seperti biasanya karena
tidak sanggup membeli rempah (rica) karena adanya kenaikan haraga yang cukup
mahal
2. Nama
: abdul munandaeng melisa
umur : 25 tahun
pekerjaan : petani rica
Respon : dengan naiknya harga rica
dipasar saya sebagai petani rica sangat
merasa senang karena pendapatan saya bertambah. Akan tetapi saya harus banyak
mengeluarkan biaya untuk perawatan tanaman agar tanaman rica tersebut berhasil
dan dapat memenuhi permintaan.
3.
Nama : rinto kapu
Umur :
32 tahun
Pekerjaan
: pedagang
Alamat : desa minanga
respon :
dengan naiknya harga rica di pasar, saya sebagai pedagang merasa di untungkan
karena walaupun harga rica naik tetap konsumen membeli akan tetap saya juga
sulit untuk mendapatkan stok rica.
Dari
hasil wawancara diatas peneliti menyimpulkan bahwa dampak kenaikan harga rica
dipasar bukan saja berdapak kepada konsumen akan tetap untuk pedagang dan
petani juga karena pedaggan kesulitan untuk mencari stok rica sedangkan petani
harus bekerja keras untuk memelihara tanaman rica agar bisa memenuhi permintaan
konsumen.
E.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa terjadinya
inflasi tergantung pada sejumlah faktor yang mempengaruhi naik turunnya tingkat
harga, juga tergantung pada kebutuhan masyarakat akan barang tersebut.
Penyebab utama tingginya harga cabai adalah faktor cuaca yang ekstrem
(musim hujan yang berkepanjangan). Meningkatnya curah hujan menyebabkan
pembusukan sehingga produksi cabai berkurang.
Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kenaikan harga cabai adalah
dengan melakukan
stabilisasi harga pangan nasional, memotong mata rantai tengkulak, mengendalikan stok
pangan nasional, mengembangkan
industri baru pengolahan cabai, dll.
Petani adalah kunci dari
penyelesaian melonjaknya harga pangan (cabai) ini. Seharusnya yang dilakukan oleh pemerintah adalah meningkatkan perhatian
kepada para petani miskin yang ada di Negara ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://opinisangpemimpi.blogspot.co.id/2011/11/sejarah-timbulnya-pemasaran.html
Anonim. 2011. Lonjakan Cabe Disnyalir Ulah Spekulan. <http://www.jpnn.com/read/ 2011/01/05/81171/Lonjakan-Harga-Cabe-Disinyalir-Akibat-Ulah-Spekulan>. Diakses pada tanggal 10 juni 2011.
Arifin, B. 2011. Solusi Kenaikan Harga Pangan Pokok.<http://www.metrotvnews.com>. Diakses pada tanggal 10 juni 2011.
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2011. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi.
Jakarta, Badan Pusat Statistik.
Baity, L. 2011. Ada Apa dengan
Fenomena Kenaikan Harga Cabai. <http://www.bemkm.ipb.ac.id>. Diakses pada
tanggal 10 juni 2011.
Maradona, S.
2011. Harga Cabai Sama dengan Harga Daging. <http://republika.co.id>. Diakses pada tanggal 10 juni 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar