Sabtu, 06 Februari 2016

DAMPAK KENAIKAN HARGA CABAI/RICA YANG ADA DI PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA

DAMPAK KENAIKAN HARGA CABAI/RICA  YANG ADA DI PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA

Disusun
O
L
E
H
WARDIMAN EYATO
NIM: 132022090
Tugas Untuk Memenuhi Mata Kuliah Ekonomi Mikro
PRODI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SULTAN AMAI GORONTALO
2015
ABSRAK
Bagi masyarakat Bolaang Mongondow Utara, Kec, Bintauna, cabai merupakan salah satu bahan yang tidak bisa dipisahkan dengan masakan sehari-hari. Cabai adalah bahan pelengkap masakan yang sangat digemari masyarakat Bintauna, namun konsumsi cabai masyarakat Bintauna bisa dikatakan tidak terlalu tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari konsumsi cabai per kapita per orang tiap tahunnya. selama beberapa pekan terakhir konsumsi cabai per kapita per orang di Bolaang Mongondow semakin turun, hal ini karena Mulai akhir 2010-2015, komoditas cabai mengalami kenaikan harga yang luar biasa. kenaikan harga cabai mencapai Rp 800.000,00 hingga Rp 100.000,00 per kg dari harga awal yaitu sekitar Rp 30.000,00 per kilo.
Penurunan harga cabai yang mulai terlihat beberapa waktu terakhir ini juga memperlihatkan pola yang tidak biasa. Berdasarkan pola historis, inflasi cabai biasanya diikuti oleh deflasi pada bulan selanjutnya dengan magnitude yang kurang lebih sama sehingga harga cabai cenderung kembali turun di sekitar level harga ketika sebelum terjadi kenaikan. Namun, harga cabai lambat untuk turun kembali. Meningkatnya harga cabai yang cukup signifikan terkait dengan menurunnya pasokan yang dipengaruhi oleh adanya gangguan produksi yang cukup parah. Curah hujan yang lebih tinggi (kemarau basah) yang tidak sering terjadi hampir disepanjang tahun tidak mendukung produksi tanaman cabai dan tanaman hortikultura lainnya pada umumnya.
Dan hal ini Diperparah dengan nilai tukar rupiah yang semakin merosot. Apabila Inflasi yang terjadi saat ini tidak segera dilakukan tindakan penyelesaiannya, maka dikhawatirkan akan terus menjadi tekanan terjadinya inflasi yang semakin besar dimasa mendatang. Karena itu harus segera dilakukan tindakan penyelamatan terhadap system perekonomian Indonesia.

B.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.     Bagaimanakah budidaya cabai dan pemasarannya?
2.     Berapa rata-rata harga cabai setiap tahunnya?
3.     Apa yang menyebabkan melonjaknya harga cabai di indonesia?
4.     Apa dampak yang ditimbulkan dari kenaikan harga cabai bagi masyarakat?
5.     Apa solusi terbaik untuk mengatasi kenaikan harga cabai?

LANDASAN TEORI
1.      Pengertian Pemasaran Menurut WY. Stanton
Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial.
2.      Pengertian Pemasaran Menurut H. Nystrom
Pemasaran merupakan suatu kegiatan penyaluran barang atau jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen.
3.      Pengertian Pemasaran Menurut Philip dan Duncan
Pemasaran yaitu sesuatu yang meliputi semua langkah yang dipakai atau dibutuhkan untuk menempatkan barang yang bersifat tangible ke tangan konsumen.
4.      Pengertian Pemasaran Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika Serikat / American Merketing Association.
Pemasaran adalah pelaksanaan kegiatan usaha pedagangan yang diarahkan pada aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen.


PEMBAHASAN
A.          SEJARAH
Sejarah perkembangan pemasaran dicerminkan oleh sejarah perkembangan perekonomian pada umumnya, karena pemasaran merupakan bagian dari perekonomian dan ini berarti perkembangan pemasaran sekaligus juga menggambarkan perkembangan kondisi perekonomian.
Menurut Philip Koetler ada delapan tahap perkembangan perekonomian yang juga menggambarkan perkembangan pemasasaran.  Adapun kedelapan tahap yang dimaksud adalah:
·               Tahap Ekonomi Swadaya atau Sendiri
Pada tahap ini individu dan  atau masyarakat bila akan memenuhi setiap kebutuhan hidupnya melakukan usaha secara mandiri seperti memancing, berburu bercocok tanam dan sebagainya. Pada tahap ini belum terjadi proses pertukanan, ini berarti belum terjadi pemasaran.
·               Tahap Ekonomi Famili
Pada tahap kedua ini individu dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dilakukan secara bersama-sama dengan keluarganya, sehingga antar mereka saling bantu-membantu.  Pada tahap ini juga belum terjadi proses pertukaran atau belum terjadi pemasaran.
·               Tahap Barter Sederhana
Pada tahap ini menggambarka kondisi masyarakat yang terdiri dari berbagai suku/kelompok yang lokasinya dapat berbeda dan merekan sekali sekali terjadi /melakukan pertemuanm baik disengaja maupun tanpa direncanakan, mereka umumnya membawa barang-barang yang berasal dari daerah masing-masing dan mereka saling tertarik untuk melakukan pertukaran, maka terjadilah barter (pertukaran) yang sifatnya masih sangat sederhana.  Pada kondisi inilah mulai lahir apa yang dimaksud dengan pemasaran.
·               Tahap Pasar Lokal
Kondisi di tahap sebelumnya (barter sederhana) mengalami perkembangan yang pesat berupa ditetapkanya(disepakatinya) tempat tersebut untuk dijadikan tempat pertemuan yang rutin(terus menerus) namun pada masing daerah tertentu. Umumnya pertemuan tersebut disepakati dua atau satu kali dalam satu minggu tergantung pada kesepakatan mereka.  Namun pada pasar lokal inipun masing melakukan pertukaran barang dengan barang (barter).
·               Tahap Ekonomi Uang
Tahap ini merupakan tahap yang berusaha untuk mengurangi kelemahan yang ada pada tahap sebelumnya yang melakukan transaksi secara barter seperti mamakan waktu yang lama dan tidak semua orang kemauannya sama untuk mau saling tukar menukar barangnya.  Oleh karenanya dicarikan suatu benda/alat yang dapat digunakan untuk dapat mempermudah proses pertukaran yaoitu berupa mata uang, seperti benda-benda yang dianggap memiliki mu’jizat, kemudian berkembang berupa batu-batuan, perunggu, perak dan emas.  Pada kondisi ini aktivitas pemasaran semakin berkembang.
·               Tahap Kapitaslisme Muda
Pada tahap ini kondisi masayarakat ditandai oleh adanya pengelompokan  masyarakat menjadi golongan yang kuat  seperti tuan tanah, kaum ningrat, kaum borjuis, yang umumnya menguasai perekonomian dan selalu berusaha menumpuk kekayaan(kapital).  Kelompok lain  adalah kaum buruh/masyarakat kecil, kaun proletar yang umumnya mengambdi pada kaum ningrat dan sebagai objek oleh kaum penguasa dalam memupuk kakayaan.   Pada kondisi ini pemasaran pemasaran banyak dikuasai oleh pihak tertentu(penguasa/kapitalis).
·               Tahap Poduksi Massa
Pada tahap ini ditandai oleh ditemukannya dan digunakannya alat-alat yang dapat menggunakan teknologi (mekanis) sehingga hasil produksi dapat dihasilkan secara massa dan tahap ini dilandasi ol;eh kondisi permintaan yang masing lebih banyak dari pada penawaran.  Akibatnyam kegiatan pemasaran semakin bertambah maju dan berkembang.
·                  Tahap Ekonomi Makmur
Tahap ini ditandai oleh kondisi perekonomian yang semakin kompleks, seghala macam barang/jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat semakin banyak dan beraneka ragam.  Selain itu juga kondisi penawaran relatif lebih besar dari pada permintaan.  Hal ini menyebabkan kegiatan pemasaran semakin bertambah kompleks.
B.              PERSOALAN
Perawatan tanaman cabai lebih rumit dibanding perawatan tanaman hortikultura lainnya, sehingga biaya perawatan tanaman cabai menjadi lebih mahal. Selain dibutuhkan pupuk yang cukup dan penyemprotan hama/penyakit yang lebih sering (terutama apabila banyak hujan), tanaman cabai juga memerlukan sinar matahari yang memadai. Musim hujan yang berkepanjangan pada tahun 2010 membuat produksi cabai turun drastis. Contohnya di Brebes, produksi cabai merah tahun 2010 turun 55,94 persen dari tahun sebelumnya bahkan produksi cabai rawit turun lebih tajam sebesar 65,46 persen.
Rantai pemasaran cabai di beberapa daerah hampir sama. Petani menjual cabai ke pedagang pengumpul di sekitar tempat tinggal petani. Pedagang pengumpul menjualnya langsung ke pedagang eceran atau lewat pedagang besar. Cabai yang diperoleh pedagang besar selanjutnya dijual langsung ke pedagang eceran atau melalui distributor/ pedagang grosir. Dari tangan pedagang eceran, cabai sampai ke tangan konsumen.
1.     Rata-Rata Harga Cabai Di Bolaang Mongondow Utara
Ratarata Harga Cabai Pada Berbagai Tingkatan Selama Tahun 2010-2015 (Rp)
Rantai Pemasaran
Harga Terendah
Harga Tertinggi
beli
Jual
beli
jual
Cabe merah kriting
Cabe rawit Merah
Cabe merah Kriting
Cabe rawit merah
Cabe merah kriting
Cabe rawit Merah
Cabe merah Kriting
Cabe rawit merah
Petani
3500
6500
33700
40000
Pedagang pengumpul
3500
6500
4000
7600
33700
40000
37000
43000
Pedagang besar
4000
7600
4700
9000
37000
43000
42000
47000
Pedagang eceran
4700
9000
5600
10600
42000
47000
43800
52000
Rumah tangga
6500
12000
49000
58000
Sumber: Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
dapat di lihat bahwa harga cabai mengalami fluktuasi atau kenaikan yang cukup signifikan dari rata-rata harga terendah dan rata-rata harga tertinggi. Harga rata-rata terendah cabe merah keriting yang sampai ke tangan konsumen hanya Rp 6.500,00 sedangkan rata-rata harga tertingginya mencapai Rp 49.000,00. Untuk harga rata-rata terendah cabe rawit merah sebesar Rp 12.000,00 sedangkan rata-rata harga tertingginya yaitu Rp 58.000,00. Kenaikan harga cabai tersebut mencapai 5 kali lipat dari harga terrendahnya. Data tersebut merupakan data kenaikan rata-rata harga cabai di Indonesia, sedangkan dibeberapa daerah Bolaang Mongondow Utara, kenaikan harga cabai dapat mencapai Rp 100.000,00 hingga Rp 150.000,00 per kg. "Sebelum Tahun Baru harga cabai mencapai Rp 80.000,00 per kg lalu turun Rp 60.000,00. Setelah itu naik lagi Rp 70.000,00 sampai sekarang naik terus," tutur Aman, pedagang cabai di Pasar Bintauna (08 Oktober 2015). Bahkan di pasar tradisional, harga cabai berkisar Rp 80.000,00 hingga Rp 100.000,00 per kg, yang menurut beberapa pedagang bandrol Rp 100.000,00 per kg merupakan harga terendah sebab sebelumnya harga berkisar Rp 120.000,00 per kg. Jika diecer, yang biasanya dengan Rp 2.000,00 pembeli bisa mendapatkan cabai, maka sekarang uang yang harus dikeluarkan adalah minimal Rp 5.000,00," keluh pedagang. Semua kenaikan ini dikarenakan permintaan cabai yang meningkat dan musim hujan yang berlangsung.
2.    Faktor Penyebab Kenaikan Harga Cabai di Bolaang Mongondow Utara
Faktorfaktor yang memengaruhi melonjaknya harga cabai di beberapa wilayah di Bolaang Mongondow Utara adalah sebagai berikut :
1.   Anomali iklim: Hasil panen cabai sangat terpengaruh oleh iklim/cuaca karena tanaman cabai membutuhkan sinar matahari yang memadai. Cuaca yang ekstrem pada tahun 2014 (musim hujan yang berkepanjangan) membuat produksi cabai di beberapa wilayah Bolaang Mongondow Utara mengalami penurunan drastis sehingga memicu kenaikan harga.
2.   Hama/penyakit: Selain cuaca ekstrem, gagalnya panen cabai juga disebabkan oleh serangan hama dan penyakit (hama patek, virus kuning, virus mozaik, jamur, dan ulat buah).
Dari berbagai faktor tersebut, Faktor utama yang mengakibatkan harga cabai melonjak yaitu akibat cuaca yang sangat extrim dan tidak dapat di prediksi, akibatnya sangat berpengaruh kepada perkembangan pertanian, dan akibat itu para petani mengakibatkan gagal panen terus menerus dan para petani pun mengalami kerugian yang sangat besar. Sedangkan para petani membutuhkan pemasukan atau modal untuk menjaga tanaman mereka.
Jadi menurut beberapa sumber yang ada, dapat di simpulkan bahwa yg paling mempengaruhi kenaikan harga cabai adalah perubahan cuaca yang extrim dan unpredictable. Akan tetapi, selain faktor-faktor yang telah disebutkan, kenaikan harga cabai juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti :
1.      Terjadinya ekspektasi kenaikan harga kebutuhan pokok
2.      Biaya transportasi ikut mengalami kenaikan
3.      Bunga bank relatif tinggi untuk pedagang yang meminjam uang di bank,
4.      Danya pungutan-pungutan yang terjadi di lapangan.
5.      Modal yang dimiliki oleh petani tidak mencukupi untuk sekedar melindungi tanaman pangan   yang telah ditanam
6.      Kurangnya perhatian pemerintah terhadap petani kecil di Bolang Mongondow Utara
7.      Banyaknya tanaman cabai yang di serang hama dan akibatnya banyak petani yang mengalami gagal panen.
8.      Ketidakmampuan pemerintah mengimbangi harga pasar
9.      Buruknya pengelolaan stok pangan nasional
10.  Spekulasi para tengkulak
11.  Hasil panen buruk
12.  Lemahnya regulasi pengaturan harga oleh pemerintah.

4.       Dampak Kenaikan Harga Cabai
Bagi ekonomi Indonesia, dampak yang terjadi adalah kenaikan harga cabai ini mendorong timbulnya inflasi. Sebagai gambaran, Kenaikan inflasi ini pada dasarnya merupakan sesuatu yang cukup besar dan cukup mempengaruhi kondisi ekonomi di Indonesia. Dengan kenaikan inflansi ini membuat pertumbuhan ekonomi di Indonesia menjadi terhambat. Terhambatnya pertumbuhan ekonomi ini juga berakibat pada penurunan daya beli masyarakat yang turut berkontribusi terhadap menurunnya tingkat permintaan produk industri. Selain itu, dampak lainnya adalah mendorong penurunan tingkat penyerapan tenaga kerja yang berarti semakin meningkatnya pengangguran.
C.          TEMAPAT PENELITIAN
Saya meneliti harga Barang pasar, atau cabe yang tempat di kecamatan bintauna. Kabupaten Bolaang Mongondow Utara,
D.          WAWANCARA
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat bintauna
1.      Nama               : mimi stion
         umur                : 30 tahun
         pekerjaan         : ibu rumahtangga
         Respon            : dengan naiknya harga rica dipasar                                                    saya sebagai ibu rumah tangga tidak bisa memasak makanan seperti biasanya karena tidak sanggup membeli rempah (rica) karena adanya kenaikan haraga yang cukup mahal
2.      Nama               :  abdul munandaeng melisa
         umur                : 25 tahun
         pekerjaan         : petani rica
         Respon            : dengan naiknya harga rica dipasar  saya sebagai petani rica sangat merasa senang karena pendapatan saya bertambah. Akan tetapi saya harus banyak mengeluarkan biaya untuk perawatan tanaman agar tanaman rica tersebut berhasil dan dapat memenuhi permintaan.

3.            Nama               :  rinto kapu
         Umur               :  32 tahun
         Pekerjaan         : pedagang
         Alamat                        : desa minanga
         respon              :  dengan naiknya harga rica di pasar, saya sebagai pedagang merasa di untungkan karena walaupun harga rica naik tetap konsumen membeli akan tetap saya juga sulit untuk mendapatkan stok rica.
                     Dari hasil wawancara diatas peneliti menyimpulkan bahwa dampak kenaikan harga rica dipasar bukan saja berdapak kepada konsumen akan tetap untuk pedagang dan petani juga karena pedaggan kesulitan untuk mencari stok rica sedangkan petani harus bekerja keras untuk memelihara tanaman rica agar bisa memenuhi permintaan konsumen.

E.           KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadinya inflasi tergantung pada sejumlah faktor yang mempengaruhi naik turunnya tingkat harga, juga tergantung pada kebutuhan masyarakat akan barang tersebut.
Penyebab utama tingginya harga cabai adalah faktor cuaca yang ekstrem (musim hujan yang berkepanjangan). Meningkatnya curah hujan menyebabkan pembusukan sehingga produksi cabai berkurang.
Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kenaikan harga cabai adalah dengan melakukan stabilisasi harga pangan nasional, memotong mata  rantai tengkulak, mengendalikan stok pangan nasional, mengembangkan industri baru pengolahan cabai, dll.
Petani adalah kunci dari penyelesaian melonjaknya harga pangan (cabai) ini. Seharusnya yang dilakukan oleh pemerintah adalah meningkatkan perhatian kepada para petani miskin yang ada di Negara ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://opinisangpemimpi.blogspot.co.id/2011/11/sejarah-timbulnya-pemasaran.html
Anonim. 2011. Lonjakan Cabe Disnyalir Ulah Spekulan. <http://www.jpnn.com/read/ 2011/01/05/81171/Lonjakan-Harga-Cabe-Disinyalir-Akibat-Ulah-Spekulan>. Diakses pada tanggal 10 juni 2011.
Arifin, B. 2011. Solusi Kenaikan Harga Pangan Pokok.<http://www.metrotvnews.com>. Diakses pada tanggal 10 juni 2011.
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2011. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. Jakarta, Badan Pusat Statistik.
Baity, L. 2011. Ada Apa dengan Fenomena Kenaikan Harga Cabai. <http://www.bemkm.ipb.ac.id>. Diakses pada tanggal 10 juni 2011.

Maradona, S. 2011. Harga Cabai Sama dengan Harga Daging. <http://republika.co.id>. Diakses pada tanggal 10 juni 2011.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar