Sabtu, 06 Februari 2016

perekonomian indonesia pada masa reformasi

PEREKONOMIAN INDONESIA PADA MASA REFORMASI

Disusun
O
L
E
H
WARDIMAN EYATO

PRODI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SULTAN AMAI GORONTALO
2015



KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr.wb
            Alhamdulillahirabbil aalamiin. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rasa cinta dan kasih sayang-Nya kedalam sanubari setiap kehidupan yang tidak akan pernah terkikiskan oleh gejolaknya zaman. Sehingga dengan rasa cinta dan kasih sayang-Nya lah membawa kita kepada pemikiran-pemikiran yang selalu diridhoi-Nya yang berupa penyusunan makalah Perekonomian Indonesia pada masa reformasi.
Sholawat dan salam semuga tetap tercurah limpahkan kepada nabi kita nabi besar Muhammad SAW, karena dengan berkat perjuangan beliau kita dapat terangkis dari alam jahiliya menuju alam kemahiran, sehingga kita dapat menikmati ilmu yang dengan baik seperti apa yang kita rasakan sekarang ini.
Dengan menyadari kodrat kita sebagai manusia biasa yang tak pernah luput dari ke khilafan,maka saya yakin dalam makalah ini masih terdapat berbagai kekurangan. Oleh sebab itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman sekalian untuk lebih menyempurnakan makalah ini.








BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Indonesia merdeka sudah enam puluh Sembilan tahun yang lalu, tentu keadaan ekonomi setiap tahunnya berbeda-beda sejak negara ini di pimpin oleh Soekrno, Soeharto, Habibie, Gusdur, Megawati dan SBY. Makalah ini  di latar belakangi keingintahuan mengenai perkembangan ekonomi Indonesia dari zaman Soeharto hingga SBY dan mencoba membandingkan perkembangan ekonomi tersebut dari masa kemasa.
B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana keadaan ekonomi di zaman B.J.Habiebie?
2.      Apa saja kebijakan yang telah dilakukan untuk perekonomian pada zaman Habiebie?
3.      Bagaimana keadaan ekonomi di zaman Gusdur? 
4.      Apa saja kebijakan yang telah dilakukan untk perekonomian pada zaman Gusdur?












BAB III
PEMBAHASAN

A.    Keadaan ekonomi pada zaman B.J. Habiebie (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999)
Presiden BJ Habibie adalah presiden pertama di era reformasi. Dalam periode awal menjabat presiden beliau masing dianggap berbau rezim Orde Baru dan kepanjangan dari tangan Soeharto, maklum dia adalah salah satu orang yang paling dekat dan di percaya oleh Soeharto. Sejak krisis moneter yang melanda Indonesia pada pertengahan tahgun 1997, perusahaan perusahaan swasta mengalami kerugaian yang tidak sedikit, bahkan pihak perusahaan mengalami kesulitan memenuhi kewajibannya untuk membayar gaji dan upah pekerjanya. Keadaan seperti ini menjadi masalah yang cukup berat karena disatu sisi perusahaan mengalami kerugaian yang cukup besar dan disisi lain para pekerja menuntut kenaikan gaji. Tuntutan para pekerja untuk menaikkan gaji sangat sulit dipenuhi oleh pihak perusahaan, akhirnya banyak perusahaan yang mengambil tindakan untuk mengurangi tenaga kerja dan terjadilah PHK. Kondisi perekonomian semakin memburuk, karena pada akhir tahun 1997 persedian sembilan bahan pokok sembako di pasaran mulai menipis. Hal ini menyebabkan harga-harga barang naik tidak terkendali. Kelaparan dan kekurangan makanan mulai melanda masyarakat. Ini adalah kesalahan Pemerintah   Orde Baru yang mempunyai tujuan menjadikan Negara Republik Indonesia sebagai negara industri, namun tidak mempertimbangkan kondisi riil di Masyarakat Indonesia yang merupakan sebuah masyarakat agrasis dan tingkat pendidikan yang tergolong masih rendah. Dan ujung-ujungnya masyarakat miskin Indonesia menjadi bertambah dan bertambah pula beban pemerintah dalam mendongkrak perekonomian guna meningkatkan kesejehteraan rakyat.

Habibie yang menjabat sebagai presiden menghadapi keberadaan Indonesia yang serba parah. Langkah-langkah yang dilakukan oleh Habibie adalah berusaha untuk dapat mengatasi krisis ekonomi dan untuk menjalankan pemerintahan, Presiden Habibie tidak mungkin dapat melaksanakannya sendiri tanpa dibantu oleh menteri-menteri dari kabinetnya. Pada tanggal 22 Mei 1998, Presiden Republik Indonesia yang ketiga B.J. Habibie membentuk kabinet baru yang dinamakan Kabinet Reformasi Pembangunan. Kabinet itu terdiri atas 16 orang menteri, dan para menteri itu diambil dari unsur-unsur militer (ABRI), Golkar, PPP, dan PDI.

·         Kebijakan yang dilakukan pada zaman B.J. Habiebie
1.      Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ Habibie melakukan langkah-langkah sebagai berikut :Merekapitulasi perbankan dan menerapkan independensi Bank Indonesia agar lebih fokus mengurusi perekonomian.Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independent berdasarkan UU No. 30 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. Dalam rangka mencapai tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia didukung oleh 3 (tiga) pilar yang merupakan 3 (tiga) bidang utama tugas Bank Indonesia yaitu :
·         Menetapkan dan melaksanakan kebijaksanaan moneter
·         Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
·         Mengatur dan mengawasi Bank
2.      Melikuidasi beberapa bank bermasalah Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya. Banyaknya utang perusahaan swasta yang jatuh tempo dan tak mampu membayarnya dan pada akhirnya pemerintah mengambil alih bank-bank yang bermasalah dengan tujuan menjaga kestabilan ekonomi Indonesia yang pada masa itu masih rapuh.
3.      Menaikan nilai tukar rupiah Selama lima bulan pertama tahun 1998, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berfluktuasi. Selama triwulan pertama, nilai tukar rupiah rata-rata mencapai sekitar Rp9200,- dan selanjutnya menurun menjadi sekitar Rp8000 dalam bulan April hingga pertengahan Mei. Nilai tukar rupiah cenderung di atas Rp10.000,- sejak minggu ketiga bulan Mei. Kecenderungan meningkatnya nilai tukar rupiah sejak bulan Mei 1998 terkait dengan kondisi sosial politik yang bergejolak. nilai tukar rupiah menguat hingga Rp. 6500 per dollar AS di akhir masa pemerintahnnya.
4.      Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang diisyaratkan oleh IMF. Pada tanggal 15 januari 1998 (masih orde baru ) Indonesia telah menandatangani 50 butir kesepakatan (letter of intent atau Lol) dengan IMF. Salah satunya adalah memberikan bantuan (pinjaman) kepada bank-bank yang mengalami masalah likuiditas. Skema ini dilakukan berdasarkan perjanjian Indonesia dengan IMF dalam mengatasi masalah krisis. Pemberian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) merupakan konsekuensi diterbitkannya kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Kepres No.26/1998 dan Kepres No.55/1998. Keppres itu terbit setelah sebelumnya didahului munculnya Surat Gubernur BI (Soedradjad Djiwandono, ketika itu) tertanggal 26 Desember 1997 kepada Presiden dan disetujui oleh Presiden Soeharto sesuai surat Mensesneg No.R 183/M.sesneg/12/19997. Atas dasar hukum itulah Bank Indonesia melaksanakan penyaluran BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) kepada perbankan nasional. Total BLBI yang dikucurkan hingga program penyehatan perbankan nasional selesai mencapai Rp144,5 triliun, dana itu tersalur ke 48 bank.
5.      Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang Tidak Sehat
6.      Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

B.     Keadaan eknomi pada zaman Gusdur (20 Oktober 1999-23 Juli 2001)
Pada pertengahan tahun 1999 di lakukan pemilihan umum, yang akhirnya di menangi oleh partai demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Partai Golkar mendapat posisi ke dua, yang sebenarnya cukup mengejutkan banyak kalangan di masyarakat. Bulan Oktober 1999 dilakukan SU MPR dan pemilihan presiden di selenggarakan pada tanggal 20 oktober 1999. KH abdurrahman wahid atau di kenal dengan sebutan gus dur terpilih sebagai presiden RI ke empat dan mega wati sebagai wakil presiden. Tanggal 20 oktober menjadi akhir akhir dari pemerintahan transisi, dan awal dari pemerintahan Gus Dur yang sering di sebut juga pemerintah reformasi.
Dalam hal ekonomi, dibandingkan tahun sebelumnya (1999) kondisi perekonomian Indonesia mulai menunjukkan adanya perbaikan. Laju pertumbuhan PDB mulai positif walaupun tidak jauh dari 0%  dan pada tahun 2000 proses pemilihan perekonomian Indonesia jauh lebih baik lagi, dengan laju pertumbuhan hampir mencapai 5%. Selain pertumbuhan PDB, laju inflasi dan tingkat suku bunga (SBI) juga rendah, mencerminkan bahwa kondisi moneter di dalam mengerti sudah mulai stabil.
·         Kebijakan yang dilakukan pada zaman Gusdur
Pada masa kepemimpinan presiden Abdurrahman wahid pun belum ada tindakan yang cukup berati untuk menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan. Kepemimpinan Abdurraman Wahid berakhir karena pemerintahannya mengahadapi masalah konflik antar etnis dan antar agama.

C.    Keadaan ekonomi pada masa Megawati (23 Juli 2001-20 Oktober 2004)
Pemerintahan Megawati mewarisi kondisi perekonomian Indonesia yang jauh lebih buruk daripada masa pemerintahan Gusdur. Inflasi yang dihadapi Kabinet Gotong Royong pimpinan Megawati juga sangat berat. Rendahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan Megawati disebabkan antara lain masih kurang berkembangnya investor swasta, baik dalam negeri mauoun swasta. Melihat indikator lainnya, yakni nilai tukar rupiah, memang kondisi perekonomian Indonesia pada pemerintahan Megawati lebih baik. Namun tahun 1999 IHSG cenderung menurun, ini disebabkan kurang menariknya perekonomian Indonesia bagi investor, kedua disebabkanoleh tingginya suku bunga deposito.

·         Kebijakan yang dilakukan pada zaman Megawati
Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasai persoalan-persoalan ekonomi antara lain :
1.      Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun
2.      Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini memicu banyak kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing. Megawati bermaksud mengambil jalan tengah dengan menjual beberapa asset Negara untuk membayar hutang luar negeri. Akan tetapi, hutang Negara tetap saja menggelembung karena pemasukan Negara dari berbagai asset telah hilang dan pendapatan Negara menjadi sangat berkurang.

D.    keadaan ekonomi pada masa SBY  (20 Oktober 2004-sekarang)
Pada pemerintahan SBY kebijakan yang dilakukan adalah mengurangi subsidi Negara Indonesia, atau menaikkan harga Bahan Bahan Minyak (BBM), kebijakan bantuan langsung tunai kepada rakyat miskin akan tetapi bantuan tersebut diberhentikan sampai pada tangan rakyat atau masyarakat yang membutuhkan, kebijakan menyalurkan bantuan dana BOS kepada sarana pendidikan yang ada di Negara Indonesia. Akan tetapi pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dalam perekonomian Indonesia terdapat masalah dalam kasus Bank Century yang sampai saat ini belum terselesaikan bahkan sampai mengeluarkan biaya 93 miliar untuk menyelesaikan kasus Bank Century ini.
Kondisi perekonomian pada masa pemerintahan SBY mengalami perkembangan yang sangat baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010 seiring pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,5-6 persen pada 2010 dan meningkat menjadi 6-6,5 persen pada 2011. Dengan demikian prospek ekonomi Indonesia akan lebih baik dari perkiraan semula. Sementara itu, pemulihan ekonomi global berdampak positif terhadap perkembangan sektor eksternal perekonomian Indonesia. Kinerja ekspor nonmigas Indonesia yang pada triwulan IV-2009 mencatat pertumbuhan cukup tinggi yakni mencapai sekitar 17 persen dan masih berlanjut pada Januari 2010.
Salah satu penyebab utama kesuksesan perekonomian Indonesia adalah efektifnya kebijakan pemerintah yang berfokus pada disiplin fiskal yang tinggi dan pengurangan utang Negara.Perkembangan yang terjadi dalam lima tahun terakhir membawa perubahan yang signifikan terhadap persepsi dunia mengenai Indonesia. Namun masalah-masalah besar lain masih tetap ada. Pertama, pertumbuhan makroekonomi yang pesat belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat secara menyeluruh. Walaupun Jakarta identik dengan vitalitas ekonominya yang tinggi dan kota-kota besar lain di Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat, masih banyak warga Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan.

·         Kebijakan yang dilakukan pada zaman SBY
Masa kepemimpinan SBY terdapat kebijakan yang sikapnya kontroversial yaitu
1.      mengurangi subsidi BBM atau dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatarbelakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke sector pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung kesejahteraan masyarakat.
2.      Kebijakan kontroversial pertama itu menimbulkan kebijakan kontroversial kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial.
3.      Mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. Salah satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan November 2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-kepaladaerah. Investasi merupakan faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari kebijakan pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi kemudahan bagi investor, terutama investor asing, yang salah satunya adalah revisi undang-undang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di Indonesia, diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.
4.      Lembaga kenegaraan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang dijalankan pada pemerintahan SBY mampu memberantas para koruptor tetapi masih tertinggal jauh dari jangkauan sebelumnya karena SBY menerapkan sistem Soft Law bukan Hard Law. Artinya SBY tidak menindak tegas orang-orang yang melakukan KKN sehingga banyak terjadi money politic dan koruptor-koruptor tidak akan jera dan banyak yang mengulanginya. Dilihat dari semua itu Negara dapat dirugikan secara besar-besaran dan sampai saat ini perekonomian Negara tidak stabil.
5.      Program konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas dikarenakan persediaan bahan bakar minyak semakin menipis dan harga di pasaran tinggi.
6.      Kebijakan impor beras, tetapi kebijakan ini membuat para petani menjerit karena harga gabah menjadi anjlok atau turun drastic








BAB III
KESIMPULAN
 Kebijakan-kebijakan ekonomi selama Orde Baru memang telah menghasilkan suatu proses transformasi ekonomi yang pesat dan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi dengan biaya ekonomi tinggi dan fundamental ekonomi yang rapuh. Hal terakhir dapat dilihat pada buruknya kondisi sektor perbankan nasional dan semakin besarnya ketergantungan Indonesia terhadap modal Asing, termasuk pinjaman, dan impor. Ini semua membuat Indonesia dilanda suatu krisis ekonomi yang besar yang diawali oleh krisis nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS pada pertengahan 1997.

Memasuki pemerintahan masa transisi, sejak mulai terjadinya krisis di belahan Negara-negara Asia pada akhir masa pemerintahan orde baru, dan adanya peninggalan ketergantungan Negara terhadap bantuan modal asing,  sehingga mulai jatuhnya nilai tukar Rupiah di pasar global. Negara-negara pemberi bantuan pun mulai tidak percaya atas kemampuan Indonesia untuk menangani krisis yang terjadi di negaranya. Adanya gejolak untuk mereformasikan Negara Indonesia oleh mahasiswa sehingga terjadi tragedy tri sakti. Masa ini dipimpin oleh Habibie (1997-1998).

Memasuki masa pemerintahan reformasi sampai masa cabinet SBY, merupakan masa yang dipimpin oleh Gus Dur justru semakin memburuk keadaan ekonominya karena seolah-olah tidak ada niat untuk berpolitik secara sungguh-sungguh terlihat dari caranya memandang inflasi yang hanya dianggap sebagai pengaruh amandemen UU BI saja. Kemudian digantikan oleh Megawati, namun tidak juga mengalami perbaikan walaupun nilai tukar di pasar internasional mulai membaik dari masa pemerintahan Gus Dur. Setelah memasuki masa pemerintahan SBY, merupakan tanggungjawab berat untuknya memperbaiki perekonomian khususnya dalam menangani krisis dan inflasi, walaupun pada masa jabata terakhirnya tahun 2009 mengalami gejolak untuk masalah BBM dan harga pangan di pasar global. Masa ini dimulai tahun1999-2009.




















Daftar pustaka

http://aprinsa-leonita.blogspot.com/2012/04/perekonomian-indonesia-pada.htmlhttp://ekosirsu.wordpress.com/2013/04/08/perekonomian-di-era-reformasi-pada-masa-pemerintahan-presiden-b-j-habibie/                                                   http://sopyanhakimgunadarma.blogspot.com/2011/04/sejarah-ekonomi-indonesia-sejak-orde.html        http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/05/03/-kondisi-ekonomi-di-masa-sby-650970.html


makalah

Sistem Pemerintahan Pada Masa Gusdur ( Abdul Rahman Wahid ) 

Disusun
Oleh
Kelompok III :
Wardiman Eyato
Arif Rahman
Ninang Hardianti
Eding Lihawa
Olha Djakatara
Fadila Suratinoyo

PRODI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SULTAN AMAI GORONTALO
2015



KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr.wb
            Alhamdulillahirabbil aalamiin. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rasa cinta dan kasih sayang-Nya kedalam sanubari setiap kehidupan yang tidak akan pernah terkikiskan oleh gejolaknya zaman. Sehingga dengan rasa cinta dan kasih sayang-Nya lah membawa kita kepada pemikiran-pemikiran yang selalu diridhoi-Nya yang berupa penyusunan makalah sistem pemerintahan pada masa gusdur ( abdul rahman wahid ) ini.
Sholawat dan salam semuga tetap tercurah limpahkan kepada nabi kita nabi besar Muhammad SAW, karena dengan berkat perjuangan beliau kita dapat terangkis dari alam jahiliya menuju alam kemahiran, sehingga kita dapat menikmati ilmu yang dengan baik seperti apa yang kita rasakan sekarang ini.
Dengan menyadari kodrat kita sebagai manusia biasa yang tak pernah luput dari ke khilafan,maka saya yakin dalam makalah ini masih terdapat berbagai kekurangan. Oleh sebab itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman sekalian untuk lebih menyempurnakan makalah ini.









BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Sidang Umum MPR tahun 1999 diselenggarakan sejak tanggal 1-21 Oktober 1999. Dalam Sidang Umum itu Amien Rais dikukuhkan menjadi Ketua MPR dan Akbar Tanjung menjadi Ketua DPR. Sedangkan pada Sidang Paripurna MPR XII, pidato pertanggungjawaban Presiden Habibie ditolak oleh MPR melalui mekanisme voting . memunculkan tiga calon presiden yang diajukan oleh fraksi-fraksi yang ada di MPR pada tahap pencalonan presiden di antaranya, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, dan Yuzril Ihza Mahendra. Abdurrahman Wahid terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 21 Oktober 1999 dilak sanakan pemilihan wakil presiden dengan calonnya Megawati Soekarnoputri dan Hamzah Haz. Pemilihan wakil presiden ini kemudian dimenangkan oleh Megawati Soekarnoputri.

B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perjalanan hidup Abdurahman Wahid sebelum menjadi presiden RI?
2.      Apa saja kelemahan dan kelebihan kepemimpinan Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) di Indonesia?
C.  Tujuan
1.      Mngetahui latar belakang dan perjalanan hidup Abdurahman Wahid sebelum menjadi presiden RI.
2.      Mengetahui kelemahan dan kelebihan kepemimpinan Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Latar Belakang dan Perjalanan Hidup Presiden Abdurahman Wahid
Siang, pukul 12.30 Oktober 1999, ketegangan yang memuncak di hari-hari Sidang Istimewa tiba-tiba meledak menjadi ungkapan keterharuan sekaligus kebahagiaan yang tidak tergambarkan. Abdurrahman Wahid secara mengejutkan dan luar biasa terpilih sebagai Presiden RI ke-4 menggantikan B.J Habibie. Dimata banyak orang, terutama kalangan Nadliyin, kemenangan Gus Dur merupakan puncak dari perjuangan NU dalam memposisikan kiprahnya bagi bangsa Indonesia, dan juga kemenangan bagi kalangan Islam modernis sekaligus harapan bagi demokrasi itu sendiri. Orang yang tidak disukai pemerintah sebelumnya (Orba), yang mengenakan baju batik ukuran longgar ketika mengerahkan ratusan ribu orang di Jantung Jakarta dua tahun sebelumnya, seorang tokoh yang banyak merebut perhatian nasional sebab mampu mengambil posisi sebagai oposisi, sekarang tanpa disangka menjadi Presiden RI ke-4. Untuk itu kami angkat perjalanan hidup dan latar belakangnya untuk mengenal lebih jauh lika-liku hidupnya.
Kehadiran Abdurrahman Wahid dikalangan masyarakat Indonesia saat ini tidak lain disebabkan oleh kualitas pribadinya yang luar biasa, disamping faktor lingkungan keluarga yang sangat mendukung. Abdurrahman Wahid, cucu dari dua serangkai pendiri NU, Kiai Hasjim Asj'ari dan Kiai Bisri Sjansuri, dilahirkan di Jombang pada tahun 1940. Ayah Abdurrahman Wahid, Kiai Wahid Hasjim, adalah putra Kiai Hasjim Asj'ari, dan ibunya, Solichah adalah putri Kiai Bisri Sjansuri. Sejak masa kanak-kanak, ibunya telah diberi berbagai isyarat bahwa Abdurrahman Wahid, anaknya, akan mengalami hgaris hidup yang berbeda dan memiliki kesadaran penuh akan tanggung jawab tersebut ternyata secara dramatis meningkat setelah kematian ayahnya dalam suatu kecelakaan mobil, dan saat kecelakaan terjadi Abdurrahman Wahid duduk di samping ayahnya di jok depan.
Ayah Abdurrahman Wahid meninggal dunia dalam usia 40 tahun, dan saat itu masih menjabat Ketua NU. Ibunya tetap melanjutkan peran informal yang vital dalam menjalankan NU. Dan sejak ayahnya meninggal, ada sesuatu yang terasa berubah secara tajam, yaitu bahwa rumah Abdurrahman Wahid mulai sepi dari orang-orang dan para tamu penting.
Abdurrahman Wahid tidak hanya dikenal dikalangan kiai NU dan para politisi, melainkan juga oleh masyarakat luas Indonesia. Hal tersebut disebabkan bimbingan kedua orang tuanya, saat ia masih kecil banyak berhubungan dengan tradisi diluar NU. Waktu kecil ia sering banyak berhubungan dengan tradisi diluar NU. Waktru kecil ia sering dititipkan pada seorang Belanda teman ayahnya dan saat itulah, menurut Abdurrahman Wahid ia bersentuhan dan akhirnya mencintai musik-musik klassik Eropa. Kemudian dari tahun 1953 sampai 1957, saat belajar di Sekolah Menengah Ekonomi Pertama(SMEP) ia tinggal dirumah Kiai Haji Junaid, seorang Kiai Muhammadiyah dan anggota Majlis Tarjih Muhammadiyah. Beberapa tahun kemudian ia mondok di Pesantren Tegalrejo, sebuah pesantren NU terkemuka di Magelang. Dari tahun 1957 sampai 1963, ia sempat nyantri di Pesantren Krapyak Yogyakarta dan tinggal dirumah K:H:Ali Maksum.
Pada tahun 1964 Abdurrahman Wahid meninggalkan Tanah Air menuju Kairo, Mesir untuk belajar ilmu-ilmu agama dilingkungan Al Azhar Islamic University. Barangkali tidak terlampau mengejutkan jika Abdurrahman Wahid sangat kecewa dengan atmosfir intelektual di Al-Azhar yang memadamkan potensi pribadi karena tekhnik pendidikannya yang masih bertumpu pada kekuatan hafalan. Meskipun demikian, ia memanfaatkan waktu di Kairo ini dengan baik, yaitu dengan cara yang tidak mengikuti pelajaran yang diberikan. Sebagai gantinya, ia kerap menghabiskan waktu disalah satu perpustakaan yang lengkap di Kairo, termasuk American University Library. Biarpun pada satu sisi ia kecewa dengan Al-Azhar sebagai lembaga, namun pada sisi lain ia tetap menikmati kehidupan kosmopolitan Kairo, bahkan beruntung karena terbukanya peluang untuk bergabung dengan kelompok-kelompok diskusi dan kegiatan tukar pikiran yang umumnya diikuti para intelektual Mesir. Yang perlu dicatat bahwa selama di Kairo, Abdurrahman Wahid ternyata begitu tertarik pada film-film Perancis dan sepak bola.
Dari Kairo Abdurrahman Wahid terbang ke Baghdad. Di kota ini ia lewati dengan penuh rasa bahagia karena mempelajari sastra Arab, tapi juga filsafat dan teori sosial Eropa, disamping terpenuhinya hobi dia menonton film-film klassik. Bahkan Abdurrahman Wahid merasa lebih senang dengan sistem yang diterapkan Universitas Baghdad, yang dalam beberapa segi dapat dikatakan lebih berorientasi Eropa daripada sistem yang diterapkan Al-Azhar. Dan selama belajar di Timur-Tengah inilah Abdurrahman Wahid menjadi ketua Persatuan Mahasiswa Indonesia untuk Timur Tengah masa bakti 1964-1970.
Ditahun 1971, ia mampir ke Eropa dengan harapan memperoleh penempatan disebuah universitas, tapi sayang sekali ternyata kualifikasi-kualifikasi mahasiswa dari Timur Tengah tidak diakui di universitas-universitas Eropa. Inilah yang memotivasi Abdurrahman Wahid pergi ke McGill University Kanada untuk mempelajari kajian-kajian keislaman secara mendalam. Namun pada akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia setelah terilhami berita-berita yang menarik sekitar perkembangan dunia pesantren.
Tahun 1971 Abdurrahman Wahid kembali ke Indonesia, kembali ke dunia pesantren. Dari tahun 1972 hingga 1974, ia menjadi dosen disamping Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Hasjim Asj'ari Jombang. Kemudian tahun 1974 sampai 1980 menjadi sekretaris Umum Pesantren Tebuireng, jombang. Selama periode inilah secara teratur ia semakin terlibat dalam kepengurusan NU dengan menjabat Khatib Awal PB Syuriah NU sejak tahun 1979.
Sejak kepindahannya ke Jakarta pada tahun 1978, Abdurrahman Wahid menjadi pengasuh Pesantren Ciganjur Jakarta Selatan. Ia juga terlibat banyak dalam acara dan kegiatan di Jakarta termasuk menjadi tenaga pengajar pada program training untuk pendeta Protestan. Disekitar pertengahan 1970-an secara beraturan ia telah menjalin hubungan dengan Cak Nur dan Djohan Effendi, maka saat ia pindah ke Jakarta pada tahun 1978 ia semakin intens bergabung dengan teman-teman ini dalam rangkaian forum-forum akademik dan kelompok-kelompok kajian. Sekalipun Abdurrahman Wahid tidak pernah mempunyai kesempatan belajar dalam pendidikan ala Barat, namun sejak usia muda ia telah cukup banyak menelaah bacaan-bacaan yang bersumber dari literatur Barat.
Bersamaan dengan itu, Abdurrahman Wahid juga memulai melibatkan dirinya dikalangan intelektual yang lebih luas di Jakarta. Dari tahun 1982 hingga 1985, ia menjadi Ketua Dewan Kesenian Jakarta, dan dua kali terpilih sebagai Ketua Dewan Juri Festival Film Nasional. Penunjukkan dirinya untuk berkiprah di dunia film, bagi tokoh dari dunia pesantren, seorang 'alim seperti Abdurrahman Wahid, tentu saja sangat tidak lazim dan mengundang kontroversi.
Tahun 1980-1983 Abdurrahman Wahid dipilih sebagai salah satu seorang yang turut serta memberikan pertimbangan atas penerima penghargaan Agha Khan Award untuk arsitektur Islam di Indonesia. Dan sejak tahun 1994 ia menjadi penasehat untuk Proyek Pembinaan Dialog Internasional untuk kajian-kajian Wawasan dan Hukum Sekular di The Hague.
Pada bulan Desember 1984, Abdurrahman Wahid terpilih sebagai Ketua Umum PB Syuriah NU. Dengan terpilihnya ia, berarti berakhirlah pula jabatan dan masa kepengurusan Idham Chalid sebagai ketua Umum. Seperti halnya tradisi NU, tidak diragukan lagi bahwa ada unsur-unsur harapan yang mesianik dalam pemilihan Abdurrahman Wahid ini dan ia ternyata berhasil memenuhi janjinya berhadapan dengan perubahan. Upaya Abdurrahman Wahid mengembalikan NU sebagai organisasi yang bergerak diwilayah sosio-keagamaan berhasil mencapai sasarannya dan ia pun secara luas berhasil mencapai perubahan luar biasa dalam cara pandang NU. Abdurrahman Wahid memperlihatkan bahwa demi keuntungan organissasi dan masyarakat, Nu harus beralih dari kegiatan politik-kepartaian, tidak saja berdasarkan pragmatisme, melainkan juga atas nama pluralisme. Tentu saja tidak setiap orang dalam NU, bahkan tidak semua orang-orang luar yang mendukungnya mengerti atau dapat memahami cara berfikir yang dikembangkan Abdurrahman Wahid bahwa sektarianisme merupakan ancaman serius bagi keharmonisan masyarakat Indonesia yang majemuk. Lebih jauh Abdurrahman Wahid berhasil membongkar cara berfikir komunitas NU terhadap pluralisme bahkan sampai pada titik penghormatan perihal keanekaragaman, khususnya dikalangan anak mudanya. Abdurrahman Wahid juga berhasil dalam mempengaruhi masyarakat Indonesia secara lebih luas agar memaklumi hubungan antara pluralisme dan demokrasi, sehingga lahir sebuah kedewasaan baru bagi umat Islam ataupun masyarakat luas.
B.   Kelemahan dan Kelebihan Kepemimpinan Presiden Gus Dur di Indonesia
1.    Di Bidang Politik
a.    Kelebihan :
1)      Membentuk Kabinet Persatuan Nasional
2)      Sering melakukan perjalanan luar negeri dengan tujuan menjalin kerjasama dengan negara lain, menarik investasi, menerima penghargaan, berobat, sekaligus menghadiri bebagai forum dunia seperti forum ekonomi dunia atau pertemuan negara G-77.
3)      Politik Luar Negeri Yang Bebas Aktif Dengan kunjungan keluar negeri sebenarnya merupakan pemborosan, akan tetapi ini dilakukan untuk mengangkat citra Negara Indonesia. Akibat rezim Pak Soeharto, citra Indonesia dikenal sebagai negara totaliter dengan tingkat demokratisasi yang rendah. Untukmengatasi hal tersebut Presiden Gus Dur melakukan kunjungan ke Negara Negara yang tergabung dalam ASEAN, Afrika, Eropa, hingga Benua Amerika. Karena kunjungan ini politik politik bebas aktif begitu kentara. Seringnya Presiden Gus Dur berkunjung ke luar negeri ini ternyata mendapat respon positif dari dunia, bahkan membuka peluang kerjasama (terutama kerjasama dalam bidang perdagangan).
4)      Iklim Politik Yang Demokratis. Semua tahu bahwa pada masa Gus Dur suasana demokratis mulai tampak terwujud. Hal ini dapat terlihat dengan tindakan gusdur yaitu:
5)      Penghapusan peraturan yang merugikan kaum minoritas.
6)      Pembubaran instansi negara yang tak lagi efektif (departemen penerangan dan sosial) hengga “niat” Gusdur ini membuka hubungan diplomati dengan Israel.
7)      Kecenderungan pemikiran Gusdur yang menghargai kebebasan idividu dan keberagaman (dasar dari demokrasi) serta reformis.
8)      Pada masa Abdurrahman Wahid terjadi perubahan drastis dalam bidang keterbukaan media. Gus Dur melikuidasi departemen penerangan, sehingga media massa lebih leluasa melakukan aktivitasnya.
9)      Gus Dur terkenal dengan faham pluralismenya. Pada eranya lah kelompok minoritas Tionghoa mendapatkan pengakuan lebih besar, seperti dalam pengurusan dokumen kependudukan dan penetapan Imlek sebagai hari libur nasional.
10)  Sayang, sistem dan pola pemerintahan Gus Dur tidak berjalan dengan baik. Terjadi kegaduhan politik yang tidak perlu, sehingga stabilitas politik tidak terjaga.
11)  Stabilitas politik yang buruk menyebabkan stabilitas ekonomi berjalan pincang.
b.  Kelemahan :
1)      Presiden Abdurahman Wahid sering melontarkan pernyataan-pernyataan kepada media yang kerap memanaskan suhu politik Tanah Air. Hal tersebut menimbulkan keguncangan situasi politik dalam negeri. Salah satunya yaitu soal reshuffle cabinet atau desakan mundur terhadap sejumlah menteri.
2)      Rendahnya tingkat popularitas Gusdur
3)      Masyarakat kurang antusias dengan gaya pemerintahan Gusdur.
4)      Dengan beberapa keputusan yang kontroversial membuat gusdur bukan sosok yang populis. Sebagian kalangan menganggap Gus Dur adalah tokoh nasionalyang diakui kecemerlangannya. Sebagai sosok utama di kalangan Nahdiyin (basis massa keagamann organisasi Nahdatul Ulama), Gus Dur memang disegani kepemimpinannya. Tapi, sebagai seorang negarawan yang harus arif  dalammembuat kebijakan, Gus Dur diragukan kemampuannya.
5)      Tak Punya Basis Politik yang Kuat di Paremen (MPR/DPR)
6)       Gus Dur bukanlahtokoh dari partai yang memenangkan pemilu. Partai  yang  mengusungnya saat itu (PKB), bukan partaidengansuara terbanyak.
7)      Proses terpilihnya Gus Dur punterbilang unik. Hasil dari lobby-lobby plitik yang akhirnya membuat Gus Dur dipilih sebagai  presiden. Akibatnya, dalam kabinet pemerintahan yang dibentuk oleh Gus Dur, ia “terpaksa”  merengkuh semua partai tanpamelihat kesamaan platform (visi/misi) dengan dirinya.
8)      Dengan gaya Gus Dur yang ceplas-ceplos, membuat banyak pihak yang awalnya menunjukkan dukungan, sedikit demi sedikit menarik dukungannya. Simpati berubah menjadi antipati. Puncaknya, Gus Dur pun dilengserkan oleh MPR dan “dipaksa” keluar dari Istana Negara hanya dengan celana pendek dan kaos singlet.
2.    Di Bidang Ekonomi
a.    Kelebihan :
1)      Memberi kebebasan seluas-luasnya kepada setiap suku terutama Tionghoa yang notabenenya banyak berkecimpung di bidang ekonomi dengan seluas-luasnya.
2)      Berani bersikap dan tegas juga pada sector-sektor ekonomi

b.    Kelemahan :
1)      Keterbatasan fisik sehingga performa beliau dalam memimpin negeri ini kurang maksimal yang berimbas pada bidang ekonomi.
2)      Seringnya melakukan perjalanan luar negeri sehingga dianggap menghamburkan APBN.
3.    Di Bidang Sosial
a.    Kelebihan :
Dapat menciptakan kehidupan rukun antar umat beragama dan antar suku di Indonesia.
b.    Kelemahan :
Ada banyak pengangguran di Indonesia sekitar 13,7 juta penganggur.
4.    Di Bidang Budaya
a.    Kelebihan :
Untuk mengatasi masalah disintegrasi dan konflik antar umat beragama, Gus Dur memberikan kebebasan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama.
Hak tersebut dibuktikan dengan adanya beberapa keputusan presiden yang dikeluarkan, yaitu:
1)      Keputusan Presiden No.6 tahun 2000 mengenai Pemulihan Hak Sipil Penganut Agama Konghucu. Etnis Cina yang selama Orde Baru dibatasi, maka dengan adanya Keppres No.6 dapat memiliki kebebasan dalam menganut agama maupun menggelar budayanya secara terbuka misalnya pertunjukan barongsai.
2)      Menetapkan Tahun Baru Cina (IMLEK) sebagai hari besar agama, sehingga menjadi hari libur nasional.
b.  Kelemahan :
Kerusuhan antar etnis terus berlanjut. Kerusuhan terutama berbahaya adalah pembunuhan antara umat Islam dan Kristen di Maluku yang menewaskan lebih dari seribu orang sepanjang tahun 1999.
5.    Di Bidang Pertahanan dan Keamanan
a.    Kelebihan :
1)      Pada Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai melakukan negosiasi dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani nota kesepahaman dengan GAM hingga awal tahun 2001, saat kedua penandatangan akan melanggar persetujuan. Gus Dur juga mengusulkan agar TAP MPRS No. XXIX/MPR/1966 yang melarang Marxisme-Leninisme dicabut.
2)      Gus Dur memberikan Aceh referendum. Namun referendum ini menentukan otonomi dan bukan kemerdekaan seperti referendum Timor Timur. Gus Dur juga ingin mengadopsi pendekatan yang lebih lembut terhadap Aceh dengan mengurangi jumlah personel militer di Negeri Serambi Mekkah tersebut. Pada 30 Desember 1999, Gus Dur mengunjungi Jayapura di provinsi Irian Jaya. Selama kunjungannya, Abdurrahman Wahid berhasil meyakinkan pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama Papua.
b.    Kelemahan :
                               Akibat restrukturisasi lembaga pemerintahan menyebabkan kondisi politik yang tidak stabil atau sering terjadi pertentangan antar partai bahkan pertentangan intern partai.
6.    Di Bidang Ideologi
Ideologi yang ada pada masa pemerintahan Gus Dur menggunakan Ideologi Pancasila.

C. Keberhasilan dan Kegagalan
Meskipun memimpin kurang lebih 2 tahun tepatnya 20 Oktober 1999 hingga 23 Juli 2001, Gus Dur telah menuai keberhasilan pada masany namun juga mengalami kegagalan dalam pemerintahannya di Indonesia.

1.      Keberhasilan
a)      Politik Luar Negeri yang Bebas Aktif
Mampu memperbaiki citra Indonesia di mata negara-negara lain dengan melalui kunjungan ke luar negeri dan sekaligus membuka peluang kerjasama.
b)      Iklim Politik yang Demokratis
Telah membawa Indonesia ke dalam taraf demokratisasi yang lebih baik lagi melalui perdamaianny dengan Israel.
2.      Kegagalan
a.      Rendahnya Tingkat Popularitas Gus Dur
Dengan beberapa keputusannya yang kontroversial (menuai banyak kritik), membuat Gus Dur buka sosok yang populis. Bahkan ketika masa 100 hari pemerintahannya pun, tingkat popularitas Gus Dur sudah melorot jauh dari tingkat sebelumnya.
Sebagian kalangan menganggap Gus Dur adalah tokoh nasional yang diakui kecermelangannya. Sebagai sosok utama di kalangan Nahdiyin (basis masa keagamaan organisasi Nahdatul Ulama), Gus Dur memang disegani kepemimpinannya. Tapi, sebagai seorang negarawan yang harus arif dalam membuat kebijakan, Gus Dur siragukan kemampuannya.
b.      Tidak Memiliki Basis Politik yang Kuat di Parlemen (MPR/DPR)
Gus Dur bukanlah tokoh dari partai yang memenagkan pemilu. Partai yan mengusungnya pada saat itu ( PKB), bukan partai dengan suara terbanyak.
Proses terpilihnya Gus Dur adalah hasil dari lobby-lobby politik yang akhirnya membuat Gus Dur terpilih sebagai presiden. Akibatnya, dalam kabinet pemerintahan yang di bentuk oleh Gus Dur, ia “terpaksa” merengkuh semua partai tanpa melihat kesamaan platform (visi/misi) dengan dirinya.
Dengan gaya Gus Dur yang ceplas-ceplos, membuat banyak pihak yang awalnya menunjukan dukungan. Simpati berubah menjadi antipati. Puncaknya, Gus Dur dilengserkan oleh MPR dan “dipaksa” keluar dari istana Negara hanya dengan celana pendek dan kaos singlet.





















BAB III
KESIMPULAN

A.    KESIMPULAN
Dari pembahasan pada bab II dapat disimpulkan bahwa Abdurahman Wahid (Gus Dur) adalah putra pertama dari enam bersaudara yang dilahirkan di Denanyar Jombang Jawa Timur pada tanggal 4 Agustus 1940. Secara genetik Gus Dur adalah keturunan “darah biru”. Ayahnya, K.H. Wahid Hasyim adalah putra K.H. Hasyim Asy’ari, pendiri jam’iytah Nahdlatul Ulama (NU) organisasi masa Islam terbesar di Indonesia dan pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang. Ibundanya, Ny. Hj. Sholehah adalah putri pendiri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, K.H. Bisri Syamsuri. Kakek dari pihak ibunya ini juga merupakan tokoh NU, yang menjadi Rais ‘Aam PBNU setelah K.H. Abdul Wahab Hasbullah. Dengan demikian Gus Dur merupakan cucu dari dua ulama NU sekaligus, dan dua tokoh bangsa Indonesia.
Pada masa pemerintahannya tentu saja banyak kelebihan maupun kekurangan dari kepemimpinan Abdurahman Wahid (Gus Dur) ini selama menjabat sebagai presiden RI.

B.      SARAN
Ideologi Pancasila hendaknya tetap dipertahankan di Negara Indonesia ini demi persatuan dan kesatuan Negara Indonesia ini. Semua kelebihan yang ada dalam masa pemerintahan Gus Dur hendaknya dapat tetap dijalankan dan dipertahankan di Indonesia. Agar Negara Indonesia menjadi negara yang maju dan juga dapat bersaing dengan Negara lain.


DAFTAR PUSTAKA